PAMEKASAN, MaduraPost – Tiap sore, ada pemandangan menarik di depan Pasar 17 Agustus, Kelurahan Bugih, Kota Pamekasan. Pemandangan tersebut berupa banyaknya pembeli di lesehan warung makan untuk mengantri pesanan Ayam Geprek Cak Tirto.
Selasa (16/3), MaduraPost langsung berjumpa dengan pemiliknya Tirto. Di tengah aktivitas pelayanan dari pembeli, Tirto tampak tampil sederhana tidak seperti layaknya bos. Ia mengawasi pergerakan anak buahnya dalam melayani pembeli.
“Saya sendiri namanya Tirto,” kata dia saat dimintai keterangan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Nama Cak Tirto ternyata ikon dari nama dirinya untuk dibranding nama usaha. Usaha lain di sebelahnya, adalah warung lesehan makanan.
Menurutnya, usaha ayam geprek tersebut sudah tiga tahun berjalan. Dari perjalanannya memakan waktu yang cukup panjang. Terlebih prosesnya di saat usahanya mau baru berdiri.
“Saya berangkat dari nol kalau urusan usaha. Untuk mendapatkan titik hasil sekarang, bukan perkara mudah,” ujarnya.
Hasilnya tersebut, terbukti dalam setiap kali memproduksi ayam geprek, sedikitnya tiap hari ada 50 ekor ayam lebih. Hanya yang namanya usaha, pasang-surut pendapatan merupakan hal biasa.
Setiap hari pendapatannya dari usaha tersebut rata-rata mencapai Rp 500 – 700 ribu. Paling bawah Rp 300 ribu. Jika dikalkulasi dalam sebulan berkisar kurang lebih Rp 15 juta.
Tirto bersyukur yang tiada terhigga. Bahkan ia memberi analogi pendapatan tersebut dianggap setara dengan gaji dewan dan pegawai negeri.
Karyawan ayam geprek tersebut berjumlah empat orang, yang terdiri dari anak-anak yang masih remaja. Tirto manfaatkan dan memberi mereka pekerjaan, sebagai edukasi kepada masyarakat.
“Kita saling bantu agar mereka dapat penghasilan dna menjadi keluarga dalam usaha saya,” tukasnya.