SUMENEP, MaduraPost – Kritik tajam mewarnai Forum Group Discussion (FGD) “Menuju Porprov 2027” yang digelar Dewan Pengurus Cabang Persatuan Wartawan Republik Indonesia (DPC PWRI) Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Rektor UPI Sumenep, Asmoni, menilai manajemen pembinaan atlet di daerah ini masih jauh dari standar ideal dan harus dibenahi segera jika Sumenep ingin bersaing pada Porprov 2027.
Dalam forum tersebut, Asmoni yang hadir sebagai akademisi menyampaikan kritik keras terhadap pola pembinaan atlet di Kabupaten Sumenep selama ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurutnya, banyak strategi yang disampaikan pemerintah hanya akan menjadi harapan kosong apabila aspek fundamental tidak segera dibenahi.
“Tidak ada strategi yang akan berhasil kalau fondasinya tidak diperbaiki. Beberapa aspek ini harus diubah segera. Kita tidak bisa terus bergantung pada pola lama,” tegas Asmoni, Selasa (19/11).
Ia menyoroti manajemen pembinaan yang dinilai belum berjalan sistematis. Menurutnya, program pembinaan selama ini kerap bersifat musiman dan baru digencarkan menjelang kejuaraan, padahal pembinaan harus dimulai jauh sebelum kompetisi berlangsung.
“Pembinaan ini jangan hanya muncul saat menjelang event. Latihan harus berlangsung kontinu sejak sekarang, bukan mendadak. Kalau sejak awal pembinaan berjalan terus-menerus, menjelang pertandingan kita tinggal fokus pada pematangan dan pemulihan,” ujar Asmoni.
Dia juga menyinggung kembali kasus hilangnya atlet-atlet terbaik ke kabupaten lain pada Porprov sebelumnya. Kejadian itu, menurutnya, tidak boleh terulang karena merusak proses pembibitan yang dibangun dari bawah.
“Kita pernah kehilangan atlet karena mereka direkrut kabupaten lain. Jangan sampai itu terjadi lagi pada 2027 dan seterusnya. Atlet yang mencapai performa puncak harus dipertahankan,” katanya.
Ia mengakui bahwa Sumenep juga pernah merekrut atlet dari luar, namun menegaskan perbedaan antara mendatangkan atlet dan kehilangan atlet sendiri yang telah dibina bertahun-tahun.
Asmoni menyadari persoalan klasik berupa minimnya anggaran sering menjadi alasan mandeknya pembinaan. Namun ia menilai hal itu tidak bisa menjadi pembenaran untuk berhenti melakukan proses pembibitan.
“Seringkali kita terbentur anggaran, itu jelas. Tapi pembinaan itu tetap harus berjalan. Ini tugas semua pihak, legislatif, eksekutif, masyarakat untuk ikut membina. Kalau tidak, prestasi hanya jadi wacana,” ujarnya.
Ia memberikan contoh cabang atletik yang menurutnya memiliki pembinaan terbaik, karena konsisten melakukan latihan dan memiliki faktor internal–eksternal yang relatif kuat.
Menurut Asmoni, masih banyak atlet yang mengandalkan kekuatan fisik semata. Padahal, dalam olahraga modern, atlet harus memiliki kecerdasan taktis, kemampuan mengambil keputusan cepat, serta pemahaman terhadap data performa diri.
“Atlet jangan hanya mengandalkan otot. Mereka harus terbiasa membaca, menganalisis, memahami nutrisi, jam tidur, pola latihan, dan faktor limit tubuh mereka. Itu semua bagian dari profesionalisme atlet,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya aspek mental. Banyak atlet, katanya, tampil bagus pada babak awal namun drop pada fase berikutnya karena gangguan psikologis.
“Nervous, takut, kurang percaya diri, itu yang sering membuat atlet kehilangan power setelah tampil bagus di awal. Mental harus dibangun sama kuatnya dengan fisik,” tegasnya.
Asmoni menutup paparannya dengan penegasan bahwa Sumenep tidak boleh lagi hanya “bersiap”, melainkan harus bergerak dengan langkah konkret berdasarkan kajian dan analisis yang sudah jelas.
“Aspek-aspek yang saya sampaikan ini logis dan berbasis kajian. Tinggal bagaimana pihak yang punya kewajiban membangun olahraga Sumenep bertindak nyata, bukan hanya siap-siap,” ujarnya.
Menurutnya, keberhasilan Porprov 2027 sangat ditentukan oleh keberanian semua pemangku kepentingan untuk segera menindaklanjuti temuan dan rekomendasi yang telah dipetakan.***
Penulis : Miftahol Hendra Efendi
Editor : Nurus Solehen
Sumber Berita : Redaksi MaduraPost







