SAMPANG, MaduraPost – Dalam beberapa pekan terakhir, mantan Bupati Sampang Slamet Junaidi selalu menghadiri acara relawannya dibeberapa tempat. Terbaru, politisi Partai Nasional Demokrat (NasDem) tersebut menghadiri acara pemuda di Desa Batuporo Kecamatan kedungdung, Rabu (01/05/2024).
Pada minggu sebelumnya Slamet Junaidi juga menghadiri acara yang dilaksanakan oleh relawannya SETIA ABADI yang digelar di daerah Camplong.
Menariknya, pada acara di Kedungdung kemarin yang diadakan oleh Pemuda Untuk Abah Idi (PADI), Slamet Junaidi mengisahkan dirinya saat terjun ke dunia politik dan merantau ke Jakarta kala itu dengan uang 26 ribu rupiah sama dengan ketika ia sampaikan pada pertemuan di Camplong.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Dari uang 26 ribu bisa jadi Bupati, bisa jadi DPR RI, tidak pernah menjual warisan. Tapi bagaiman kita punya mental petarung, petarung untung membungun dirinya agar supaya marwah dirinya ada,” ucap Slamet Junaidi dihadapan masyarakat.
Slamet Junaidi juga menyinggung soal beberapa program yang menurutnya ada penolakan dari pihak lain. Meski begitu dalam paparannya dirinya tidak menjelaskan siapa oknum yang menolak tersebut. Bahkan Slamet Junaidi juga mengatakan kalau dirinya ingin mencari keserakahan menjadi Bupati dia berdoa agar tidak ditakdir.
“Kalau saya jadi Bupati bisa masuk neraka mudah-mudahan tidak jadi, saya mau masuk surga saja,” selorohnya.
Pihaknya menambahkan, banyak yang ingin menjatuhkan dirinya dalam dunia politik menuju pemilihan kepala daerah. Bahkan ada yang ingin memenjarakan dirinya.
“Saya pak mau dipenjarakan, karena katanya berat kalau musuh saya. Ia berat karena badan saya besar udah pasti berat. Berpolitik itu berpolitik santun tidak boleh saling menjatuhkan,” imbuhnya.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik dari Lembaga Study Perubahan dan Demokrasi Mohammad Fauzi menilai Slamet Junaidi terlalu bawa perasaan (baper) dalam menanggapi sesuatu. Menurutnya sepantasnya sebagai politisi dirinya fokus untuk menyampaikan visi-misi yang memang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat secara luas seperti Indeks Pembanguna Manusia (IPM).
“Tak usah lah bercerita dengan menjual kesedihan dengan uang 26 ribu demi cari perhatian dan cari simpati. Waktu jadi Bupati kan emang selayaknya mengayomi menjadi pelayan masyarakat, itu memang tugasnya,” ucap Fauzi.
Fauzi yang juga merupakan dosen disalah satu kampus Negeri di Surabaya tersebut juga menyinggung soal pernyataan Slamet Junaidi prihal surga dan neraka. Menurutnya politik itu jangan selalu dikaitkan dengan agama. Karena masyarakat sudah mulai banyak yang melek politik tidak bisa dibohongi atas nama agama.
“Saya rasa Slamet Junaidi ini norak banget ketika bilang ‘dari pada saya masuk neraka mending saya gak jadi bupati, saya mau masuk surga saja’. Hal tersebut menurut saya adalah pembodohan, apalagi berbicara didepan pemuda,” imbuhnya.