Scroll untuk baca artikel
Seni dan Budaya

Kisah Pertempuran Kuno, Jejak Legenda dan Sejarah di Desa Dempo, Pamekasan

Avatar
33
×

Kisah Pertempuran Kuno, Jejak Legenda dan Sejarah di Desa Dempo, Pamekasan

Sebarkan artikel ini
ILUSTRASI: Desa Dempo yang sudah terbagi Dempo Barat dan Dempo Timur di utara Kabupaten Pamekasan yang disebut-sebut adalah kawasan persinggahan Raja Bali Dempo Awang untuk merebut Sumenep dari tangan Joko Tole. (MP/hska) 

PAMEKASAN, MaduraPost – Di wilayah utara Kabupaten Pamekasan, terdapat desa yang menyimpan kisah dan misteri yang belum terurai sepenuhnya—Desa Dempo.

Terbagi menjadi dua, Dempo Barat dan Dempo Timur, desa ini menjadi pusat narasi yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Dikatakan bahwa kedua desa ini, yang kini dianggap satu, dulunya adalah Dempo Awang, sebuah wilayah dengan latar sejarah dan mitologi yang kaya.

Dempo Awang tidak hanya sebuah nama yang menggema di antara barisan rumah dan sawah yang menghijau.

Konon, wilayah ini merupakan persinggahan Raja Bali yang terkenal, Dempo Awang, seorang tokoh yang narasinya berada di antara heroisme dan kejahatan.

Baca Juga :  Galeri Batik Rato WMS Buka Harga Promo dan Belajar Melukis Batik Gratis

Dalam beberapa tutur, Dempo Awang digambarkan sebagai tokoh yang ingin merebut Sumenep, menciptakan konflik dengan Raja Sumenep Joko Tole.

Cerita rakyat mengisahkan pertempuran epik, dimana Joko Tole mengendarai kuda terbang dan Dempo Awang dengan kapalnya, menggambarkan pertarungan antara dua kekuatan besar.

Menariknya, di pinggiran Desa Dempo terdapat Gunung Kapal di Desa Lebeng Barat, Pasongsongan.

Gunung ini bukan hanya formasi alam biasa, melainkan diyakini sebagai saksi bisu pertempuran antara Dempo Awang dan Joko Tole.

Keberadaannya menjadi semacam monumen alam yang mengingatkan pada kejadian masa lalu, membawa lapisan sejarah yang tebal dan penuh makna.

Baca Juga :  Misteri Karamah KH. Abdul Hamid: Jasad Tokoh Ulama Madura yang Beribadah dalam Kubur

Selain itu, ada gua di Desa Dempo Timur yang memiliki pintu masuk unik berbentuk lengkungan Pecut.

Warga setempat percaya bahwa ini adalah pecut yang digunakan oleh Joko Tole dalam perang melawan Dempo Awang.

Gua ini tidak hanya menjadi objek wisata sejarah tetapi juga simbol perlawanan, keberanian, dan kemenangan.

Desa Dempo, dengan segala mitos dan sejarahnya, menjadi cerminan dari kekayaan budaya dan sejarah Madura.

Kisah-kisah ini tidak hanya menarik dari segi naratif tetapi juga memberikan wawasan tentang cara orang Madura memandang dunia, konflik, dan resolusinya.

Mereka membentuk jembatan antara generasi, menghubungkan masa lalu dengan harapan dan pelajaran untuk masa depan.

Baca Juga :  Misteri Tempat dalam Al-Quran: Penelusuran Keajaiban dan Kehadiran Ilahi

Lebih dari itu, keberadaan Desa Dempo dan segala cerita yang melekat padanya menjadi pengingat akan pentingnya melestarikan cerita rakyat dan sejarah lokal.

Mereka bukan hanya kisah untuk menghibur tetapi juga sebagai medium pembelajaran dan introspeksi bagi masyarakat modern.

Dengan demikian, Desa Dempo dan kisah-kisah yang terkandung di dalamnya bukan hanya warisan budaya tetapi juga sebuah sumber inspirasi.

Dalam setiap ceruk ceritanya, tersembunyi pelajaran tentang keberanian, persatuan, dan pentingnya menghargai sejarah serta budaya yang telah membentuk identitas sebuah bangsa.***