PAMEKASAN, MaduraPost – Wacana Pulau Madura untuk memisah dari Provinsi Jawa Timur dan menjadi provinsi sendiri masih sebatas isu.
Meski demikian, tidak salah bila berdiskusi seputar daerah mana di Pulau Madura yang pantas untuk dijadikan ibu kota, apakah Kabupaten Sumenep, Pamekasan, Sampang atau Bangkalan?
Dari empat daerah di Pulau Garam, MaduraPost merangkum yang layak dijadikan ibu kota provinsi adalah Kabupaten Pamekasan.
Pamekasan memiliki jumlah penduduk 844.550 jiwa dengan wilayah kecamatan paling sedikit di Pulau Madura yakni 13 Kecamatan, setelah Sampang 14 kecamatan, Bangkalan 18 kecamatan dan Sumenep 27 kecamatan.
Daerah ini meski kecil, punya sisi keunikan. Sehingga tak ayal disebut-sebut bakal jadi kota administratif alias ibut kota provinsi bila Madura terwujud memisahkan diri dari Jawa Timur.
6 alasan mengapa Pamekasan layak dijadikan ibu kota provinsi di Pulau Madura.
1. Geografis Strategis
Geografis Pamekasan sangat strategis bila dibandingkan dengan dua daerah lain di sebelahnya yakni Sumenep dan Sampang.
Tidak hanya itu Pamekasan dalam beberapa literatur, penyambung dialek bahasa dan budaya di Madura. Sumenep sebagai wilayah Madura ujung timur, memiliki kultur bahasa adat yang sangat halus.
Sementara Sampang dan Bangkalan sebagai daerah ujung paling barat Madura kultur bahasanya cenderung sedikit kasar. Sehingga dari dua kompenan tersebut, Pamekasan bisa jadi penyambung dari dua kulturisasi tersebut.
2. Punya Bangunan Keresidenan
Bangunan keresidenan di wilayah Kota Pamekasan tidak bisa diremehkan. Ini adalah wujud kedaulatan daerah jika Pamekasan dahulu pernah menjadi bagian dari penyanggah administrasi pemerintahan.
Sementara keresidenan sendiri adalah tempat administratif daerahsebagai kepanjangan tangan Gubernur Jawa Timur. Di Madura keresidenan ada di Pamekasan yang sekaligus mengordiniar tiga kabupaten lain.
Bahkan dalam sejarah, keresidenan tersebut dibangun sebagai kepanjangan tangan Pemerintah Hindia Belanda sebelum kemerdekaan Indonesia.
1950-an keresidenan itu dilepas. Kediaman itu kemudian dikenal sebagai “Kepanjangan Tangan Gubernur”. Istilah ini sudah tidak digunakan lagi, namun ungkapan “bekas kediaman atau eks” yang masih digunakan secara informal.
Kemudian muncul nomenklatur baru yaitu Badan Koordinasi Daerah (Bakorowil) yang berada di bawah Pemerintah Provinsi. Kepala Bakorwil tidak memiliki kekuasaan otonom dan administratif karena perannya hanya mengkoordinasikan hal-hal tertentu dengan Gubernur.
3. Eks Markas Polwil
Eks Markas Kepolisian Wilayah (Polwi) di Jalan Raya Nyalaran sebagai bukti sejarah bahwa Pamekasan dahulu pernah dijadikan kantor keamanan negera dalam mengordinir keamanan di empat kabupaten di Madura.
Tugas Polwil tidak jauh berbeda dengan Keresidenan. Polwil jadi kepanjangan tangan Polda dan di atas Polres. Pimpinan menduduki jabatan ini berpangkat tiga melati alias kombes.
Namun sejak 2010 tugas Polwil dilepas, Polres tidak lagi ke Polwil untuk melakukan koordinasi keamanan, melainkan langsung ditangani Polda.
4. Kampus Negeri Pertama
Di sejarah pendidikan, Pamekasan punya kampus negeri pertama di Madura yakni STAIN Pamekasan sekarang bernama IAIN Madura.
Kampus ini berdiri dan resmi mengelola perguruan tinggi sejak 1997 setelah sebelumnya bagian dari cabang dari IAIN Sunan Ampel Surabaya yang hanya memiliki satu fakultas yaitu Fakultas Tarbiyah dengan satu jurusan PAI.
Lokasi kampus dulu masih numpang di kompleks gedung PGAN Pamekasan yang berlokasi di Jalan KH. Wahid Hasyim, sekarang eks MAN Pamekasan 2 Pamekasan.
Saat ini kampus ini sudah berkembang pesat, dengan memiliki 4 fakultas dan 16 jurusan. Kemudian mengelola Pascasarjana dengan dua jurusan
5. Punya Markas Sepakbola
Berdirinya markas sepakbola di Jalan Raya Trunojoyo, Tlanakan, sebagai Markas ‘Madura United FC’ di tahun 2018, tidak bisa dianggap remeh. Ini adalah simbol persatuan pemuda Madura dalam dunia sepak bola.
Sebagaimana disampaikan Presiden Klub Achsanul Qosasi hadirnya MU FC sebagai misi untuk bisa menyatukan Madura lewat sepak bola. Sehingga tak ayal banyak sumber menyebutkan lahirnya MU FC memperkuat warga perantauan akan kecintaannya kepada Madura.
6. Punya Kompleks Wisata Kuliner
Kompleks wisata kuliner di Jalan Niaga, Kota Pamekasan, sebagai simbol bahwa Pamekasan memiliki cara unik dalam meningkatkan perekonomian masyarakat lewat wisata kuliner.
Kompeks okasi ini memiliki panjang kurang lebih 500 meter. Di sisi kanan dan kiri, banyak pedagang kaki lima menjual makanan. Paling khasnya adalah Sate Lala’. Pedang sate ini berpakaian adat baju Madura merah-putih.
Sate yang disajikan ada sate kambing, sapi, dan ayam. Kebanyakan orang ketagihan dengan sate ini karena ditusuk lidi kecil-kecil. Sate ini jarang ditemukan di luar daerah.***






