Scroll untuk melanjutkan membaca
Headline

Napak Tilas Sahabat Fauzi Sebelum Terbitkan Buku Sejarah PMII Sumenep

Avatar
×

Napak Tilas Sahabat Fauzi Sebelum Terbitkan Buku Sejarah PMII Sumenep

Sebarkan artikel ini

SUMENEP, MaduraPost – Lahir di angkatan 2015 Serikat Aktivis Demokrasi Islam Sumenep (SADIS) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) STKIP PGRI Sumenep, menjadikan sosok Akh. Fauzi (24) sebagai pemuda yang lemah lembut dan berani saat menjalani sebuah proses.

Selama meniti karirnya di Komisariat PMII STKIP PGRI Sumenep, tak banyak Fauzi menelan pahit cemooh berbagai sudut pandang dari beberapa kalangan. Selain berangkat dari keluarga yang berada pada strata menengah kebawah, rintangan dan ulasan proses menjadi seorang aktivis dienyamnya.

advertisement
Scroll untuk melanjutkan membaca

Pemuda kelahiran 1996 tersebut mulanya disepelekan sebelum ia berhasil menulis sejarah PMII Sumenep. Dia menegaskan, terbitnya buku yang digarapnya tersebut adalah sebuah kegelisahan atas perspektif pengecualian bahwa seorang aktivis harus mencintai literasi.

Baca Juga :  Dinkes Sampang Intruksikan Tenaga Medis Profesional Melayani Masyarakat

Disamping itu, paradigma yang beredar di masyarakat tentang seorang mahasiswa dan anarkisme demontrasi membuat sahabat Fauzi berfikir pentingnya belajar tentang dialektika pergerakan dari masa ke masa.

Meski begitu, anggota PC PMII Sumenep ini melihat sisi yang berbeda tentang keadaan dan peradaban aktivis PMII Bumi Sumekar.

“Memang tidak mudah menulis sejarah PMII Sumenep. Saya sebagai penulis berusaha se objektif mungkin menulis sejarah, dari metode dan lainnya,” kata dia pada media ini, Senin (12/4).

Buku yang berjudul “Napak Tilas Gerakan Mahasiswa : Historiografi PMII Sumenep Tahun 1999-2007” seolah membuat Fauzi tak hentinya-hentinya ingin menceritakan kepiluan asam manisnya sebuah proses. Dia meyakini, bahwa proses tidak akan mengkhianati hasil.

Baca Juga :  Aktivis Alpart Ancam Laporkan Proyek Futsal ke Polres Pamekasan

Buktinya, saat menggarap bukunya itu, Fauzi mengaku berulang kali dipatahkan karakter dan semangatnya, dientengkan, hingga dianggap tidak penting atas apa yang dilakoninya. Baginya, hidup untuk mengetahui pergerakan adalah perjalanan mulia dari pada hanya mengenang sejarah tanpa menjadi pelaku sejarah.

“Selama menulis, ada yang mensupport, ada yang tidak sama sekali. Tapi sekali lagi, bagi saya menulis sejarah PMII ini menjadi ikhtiar saya untuk mengajarkan kader-kader PMII se Indonesia, khususnya Sumenep agar cinta lestari,” urai dia.

Baca Juga :  Pengajian Umum dan Sumenep Bersholawat, Bupati Fauzi Sampaikan Pesan Moral Kedamaian

Untuk diketahui, berikut uraian buku Akh. Fauzi diantaranya, BAB I membahas tentang embrional (Kelahiran) PMII Sumenep. Kemudian BAB II membahas tentang perkembangan PMII Sumenep. Lalu BAB III membahas tentang jejak sang pelopor yakni biografi singkat tentang tokoh-tokoh PMII Sumenep.

Fauzi juga mengaku sempat termarjinalkan, hingga dirinya memilih untuk tetap fokus menggarap bukunya tersebut. Sedikit dirinya bercerita, untuk anggaran awal ia menggarap buku segala kemampuan ia kerahkan.

“Intinya untuk akomodasi di awal-awal, saya banyak pontang-panting. Alhamdulillah, ketika sudah penerbitan banyak sumbangan dari senior lokal, regional, hingga nasional,” pungkas sarjana matematika ini.

Baca berita lainnya di Google News atau langsung ke halaman Indeks

Konten di bawah ini disajikan oleh advertnative. Redaksi Madura Post tidak terlibat dalam materi konten ini.