Scroll untuk baca artikel
Berita

Alih Fungsi Lahan Dituding Picu Banjir Berkepanjangan di Sumenep

Avatar
19
×

Alih Fungsi Lahan Dituding Picu Banjir Berkepanjangan di Sumenep

Sebarkan artikel ini
KOLASE. Keterangan foto: Bangunan Baghraf Health Clinic (kiri) yang masih dalam tahap konstruksi di Desa Babalan, dan Hotel Myze (kanan) yang berdiri megah di Desa Gedungan, Sumenep, keduanya milik Ketua Banggar DPR RI, Said Abdullah. (M.Hendra.E/MaduraPost)
KOLASE. Keterangan foto: Bangunan Baghraf Health Clinic (kiri) yang masih dalam tahap konstruksi di Desa Babalan, dan Hotel Myze (kanan) yang berdiri megah di Desa Gedungan, Sumenep, keduanya milik Ketua Banggar DPR RI, Said Abdullah. (M.Hendra.E/MaduraPost)

SUMENEP, MaduraPost – Dua aset properti milik Ketua Badan Anggaran DPR RI, Said Abdullah, yakni Hotel Myze dan Baghraf Health Clinic (BHC), disorot karena diduga turut andil dalam lambannya proses surutnya genangan air di beberapa titik di Kota Sumenep, Madura.

Hotel Myze berdiri di Desa Gedungan, di lokasi yang dulunya dikenal sebagai kawasan serapan dan tangkapan air hujan. Alih fungsi lahan ini dinilai berpengaruh terhadap penyerapan air di sekitarnya.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Sedangkan BHC dibangun di Desa Babalan, Kecamatan Batuan, di atas lahan yang sebelumnya dimanfaatkan sebagai area pertanian aktif.

Baca Juga :  Prestasi Muhammad Ali Selama Satu Tahun Menjabat Kepala Desa Panaan

Lokasinya yang dekat dengan sempadan sungai menimbulkan kekhawatiran terkait pelanggaran tata ruang, karena wilayah tersebut seharusnya dilindungi dari pembangunan permanen.

Seorang warga dari daerah sekitar yang tidak ingin namanya dipublikasikan mengungkapkan, bahwa air yang biasanya cepat mengering setelah hujan, kini justru bertahan lebih lama. Ia mencatat bahwa genangan masih terlihat bahkan hingga tiga hari setelah hujan reda.

“Dulu air biasanya sudah surut dalam sehari, sekarang dua hari lewat masih tersisa genangan. Saya tidak menuduh langsung bangunan itu penyebabnya, tapi mungkin karena tidak ada lagi tempat bagi air untuk mengalir ke tanah,” ujar warga tersebut pada Minggu (18/5).

Baca Juga :  Bismillah Melayani, Dinkes P2KB Sumenep Terima Mobil Pusling Untuk 29 Puskesmas

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sumenep, Arif Susanto, membenarkan bahwa kawasan tempat berdirinya Hotel Myze memang termasuk dalam wilayah yang dirancang sebagai zona resapan air.

“Wilayah dari Hotel Myze ke arah timur hingga ke area permukiman memang merupakan kawasan yang seharusnya berfungsi sebagai resapan,” jelas Arif.

Namun saat diminta tanggapan soal pendirian BHC yang terletak di lahan pertanian dan dekat sempadan sungai, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep, Chainur Rasyid, belum bisa memberikan keterangan lebih jauh.

Baca Juga :  Perbaikan Infrastruktur di Sektor Wisata Jadi Atensi Disbudporapar Tahun Ini

“Kami masih akan melakukan pengecekan dan verifikasi langsung di lokasi untuk memastikan status penggunaan lahan tersebut,” ucapnya singkat.

Di tengah persoalan ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep tetap menunjukkan dukungan terhadap pembangunan klinik kesehatan tersebut.

Pada saat peletakan batu pertama BHC yang dilangsungkan pada 4 April 2022 di Desa Babalan, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, memberikan apresiasinya terhadap pendirian fasilitas kesehatan itu.

“Pembangunan layanan kesehatan merupakan salah satu program prioritas pemerintah daerah,” kata Bupati Fauzi saat menyampaikan sambutannya pada acara tersebut.***