SUMENEP, MaduraPost – Warga Kampung Tapakerbau, Desa Gersik Putih, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, resah dengan banyaknya pembangunan tambak di pesisir pantai. Kamis, 9 Februari 2023.
Sebab itu, para warga menolak rencana pembangunan tambak di kawasan pesisir pantai di wilayah mereka.
Sebagai bentuk wujud penolakan, warga setempat pada Rabu (8/2/2023) sore kemarin, menggelar aksi dengan memancangkan kain panjang berisi pernyataan sikap di kawasan pesisir, tempat rencana pembangunan tambak.
Dalam aksi itu, para warga menyatakan sikapnya dalam bentuk deklarasi bersama menolak pembangunan tambak.
”Kami terdiri dari pemuda dan warga Kampung Tapakerbau gelar aksi sekaligus sama-sama berjanji untuk menolak keras pembangunan tambak. Karena akan berdampak buruk terhadap masyarakat khususnya Tapakerbau,” kata Ahmad Siddik, warga setempat, Kamis (9/2).
Siddik mengungkapkan, rencana pembangunan tambak tersebut direncanakan oleh sejumlah pemilik modal yang menyatakan memiliki hak atas penguasaan lahan dikawasan pesisir pantai.
Menurutnya, pengelolaan tambak tersebut dikabarkan akan dilakukan oleh pemerintah desa (Pemdes) setempat melalui lembaga usaha yang akan dibentuk.
”Warga resah dengan rencana tersebut. Karena sebelumnya sudah ada beberapa orang penting di desa mendatangi beberapa warga menyatakan untuk menggarapnya,” ujar pria yang juga Ketua RT 01 RW 01 Kampung Tapakerbau itu.
Siddik mengungkapkan, Rencana pembangunan tambak dikawasan pesisir pantainya sebenarnya sudah beberapa kali dilakukan.
Namun karena upaya warga untuk menolak, akhirnya digagalkan. Namun, saat ini justru kembali direncanakan dengan memanfaatkan beberapa warga lokal yang memiliki peranan penting.
”Sekarang justru orang yang dulu juga menolak, malah menjadi bagian untuk melakukan penggarapan,” sesal Siddik.
Dia mengatakan, bagi warga Tapakerbau tidak ada ruang untuk bernegosiasi dalam rencana penggarapan lahan di pesisir pantai.
Sebab, kawasan tersebut merupakan tempat bagi nelayan lokal untuk mencari penghidupan dengan menangkap ikan.
”Disitu jantung kehidupan masyarakat nelayan. Tidak hanya warga Tapakerbau yang mencari ikan rajungan, udang dan sebaginya disana, tapi dari desa desa sekitar juga,” tegas Siddik.
Selain itu, kata dia lebih lanjut, pembangunan tambak tersebut akan berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar terutama kampung Tapakerbau.
Di mana, pembangunan tambak sebelumnya juga sudah menjadi contoh nyata bahwa mencemari lingkungan kampung.
”Dan tidak hanya itu, dari hasil kajian kami air laut bisa naik ke daratan kampung karena pembuangan air sungai ketika hujan dari ujung dan ditambah air pasang semakin sempit pembuangannya,” jelas dia.
Oleh karena itu, warga Kampung Tapakerbau menyatakan akan terus melakukan berbagai upaya untuk menolak rencana pembangunan tambak tersebut.
”Kami juga cukup heran, kok bisa pantai itu dikuasai perorangan. Untuk itu, jalur-jalur hukum untuk menggugatnya akan kami lakukan,” timpalnya.
Sementara itu, hingga berita ini dinaikkan, Kepala Desa Gersik Putih, Mohab, belum bisa diminta penjelasan mengenai sikap warga tersebut.***






