SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Headline

Tentang Daun Emas, Nasib Petani Tembakau dan Pemerintah Daerah di 2024

Avatar
×

Tentang Daun Emas, Nasib Petani Tembakau dan Pemerintah Daerah di 2024

Sebarkan artikel ini
ACARA. Potret CEO PT Empat Sekawan Mulia, Suhaydi, saat menjadi pemateri FGD tembakau yang digelar DPC PWRI Sumenep, Sabtu (2/12/2023) kemarin. (M.Hendra.E/MaduraPost)

SUMENEP, MaduraPost – Berbicara soal nasib petani tembakau tentu tidak akan ada habisnya. Di Madura, Jawa Timur, para petani menyebutnya daun emas yang tak berkesudahan. Minggu, 3 Desember 2023.

Secara khusus, warga Kabupaten Sumenep setiap tahun mengalami naik turu soal harga tembakau.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Kondisi ini yang kemudian menjadi atensi bersama, bagaimana daun emas di Madura terus menjadi barometer pemerintah daerah untuk memberikan kemudahan dalam akses pengetahuan di sektor pertanian.

Melalui DPC PWRI Sumenep berkolaborasi dengan DKPP setempat, kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema ‘Menakar Kebutuhan Tembakau Tahun 2024’ berjalan sukses pada Sabtu, 2 Desember kemarin.

Di acara ini para petani melalui gabungan kelompok tani (Gapoktan) per kecamatan hadir dalam kesempatan tersebut.

Dalam acara itu pula, mereka dapat mengakses segala informasi dan sharing bersama tentang daun emas Madura milik petani.

Di mana, DPC PWRI Sumenep langsung mengundang sejumlah pabrikan tembakau untuk melangsungkan diskusi bersama soal tembakau.

Semangat itu menjadi dasar bagi sejumlah wartawan yang tergabung di DPC PWRI Sumenep dalam mempertemukan antara petani, pabrikan dan dinas terkait.

Baca Juga :  Belajar Dengan Cara Luring Ditengah Pandemi Covid-19 Dibolehkan

Acara FGD tembakau ini berlangsung di Edutorium Jagha Tembha UNIBA Madura, Kecamatan Batuan, Sabtu siang.

Para pemateri yang dihadirkan meliputi Kepala DKPP Sumenep, Arif Firmanto, CEO PT Empat Sekawan Mulia, Suhaydi, Ketua DPRD Sumenep, Hamid Ali Munir dan CEO PR Bahagia, H. Mukmin.

Dalam diskusi soal tembakau itu, CEO PT Empat Sekawan Mulia, Suhaydi, menyampaikan materi kepada seluruh peserta.

Ia bercerita panjang lebar terkait potret pasang surut harga tembakau di Madura sejak tahun 1995 hingga tahun 2023.

“Pada tahun 2010 itu harga tembakau paling buruk di Madura selama kurun waktu 20 tahun terakhir. Apa sebabnya, banyak petani yang gagal panen,” kata Edi, akrab disapa, Sabtu (2/12/2023) kemarin.

Edi menjelaskan, terdapat berbagai faktor yang menjadi pemicu lemahnya harga tembakau di Madura.

Seperti harga melonjak, kemudian para petani berbondong-bondong menanam tembakau tanpa melihat penawaran (supply) dan permintaan (demand).

Selain itu, kenaikan pita cukai juga membuat pihak pabrikan terbatas untuk mengakomodir keberadaan tembakau dari petani.

Baca Juga :  Akibat Bakar Sisa Pakan Ternak, Kandang Sapi di Kadur Pamekasan Ludes Dilalap Api

“Pabrikan kalau pita naik maka harus mengurangi pasokan. Sedangkan petani juga harus bisa melihat lahan produktif dan tidak. Sebab, Kalau suplai tinggi maka serapan rendah, akibatnya harga turun,” kata Edi menerangkan.

Sementara kepada pemerintah, Edi berharap kebutuhan pupuk seperti SP-36 difasilitasi dengan baik. Sebab, pupuk itu sangat dibutuhkan saat musim tembakau tiba dibandingkan dengan pupuk Phonska.

“Saya juga heran kenapa saat musim tembakau tiba pupuk SP-36 ini langka. Nah, ini mestinya juga menjadi perhatian dari pemerintah,” tutur Edi mengungkapkan.

Sementara itu, Kepala DKPP Sumenep, Arif Firmanto, menjelaskan beberapa poin penting untuk menjaga stabilitas harga tembakau di Sumenep hingga aturan teknis dan bantuan untuk kelompok tani juga buruh tani.

Menurutnya, yang paling penting dan harus diketahui bersama adalah teknis pengambilan sampel dan pembungkus tembakau.

Baca Juga :  Akibat Tak Kunjung Diperbaiki, Masyarakat Patarongan Sampang Tanam Pisang Dijalan

Sebab, Kabupaten Sumenep memiliki ribuan hektar tanah yang ditanami tembakau di berbagai kecamatan.

“Kalau yang terbanyak kita ada di 5 kecamatan. Yakni, Pasongsongan, Guluk-guluk, Lenteng, Bluto dan Saronggi,” kata Arif, sapaan akrab Kepala DKPP Sumenep.

Arif juga mengaku bahwa harga produksi tembakau tahun ini meningkat signifikan.

Namun, apabila tidak dibarengi dengan komitmen bersama baik pemerintah, pabrikan dan petani, maka bisa saja pada tahun 2024 harganya tidak sama.

“Ini yang harus kita hindari. Syukur bisa dipertahankan. Yang jelas seperti yang disampaikan Pak Bupati dan Pak Edi tadi, masalah tembakau adalah masalah kita bersama, oleh karena itu dibutuhkan komitmen untuk terus menjaga agar tetap stabil,” tutur Arif.

Di samping itu, Arif mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak termasuk peran DPC PWRI Sumenep atas terselenggaranya FGD tembakau tersebut.

“Kami pemerintah berkomitmen untuk terus menciptakan kebaikan untuk para petani tembakau khususnya,” kata Arif.***

Baca berita lainya di Google News atau gabung grup WhatsApp sekarang juga!

Konten di bawah ini disajikan oleh advertnative. Redaksi Madura Post tidak terlibat dalam materi konten ini.