PAMEKASAN, MaduraPost – Menjadi penulis terkenal tidak lahir dari cara yang instan. Namun butuh proses panjang yang diawali dengan kesukaan untuk menulis.
Perkembangan teknologi informasi menuntut para generasi pelajar, khususnya kaum santri bisa berkompetisi, terutama dalam bidang menulis.
Merespon hal tersebut , Panitia The International Event Pekan Ngaji 5, kembali mendatangkan pakar jurnalis Bapak Tasaro GK untuk yang ke tiga kalinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dengan tema “Create Better Writing” atau menciptakan penulis yang baik. Tasaro GK berharap agar santri pondok pesantren Mambaul Ulum Bata Bata menjadi penulis yang baik dan benar.
Semangat Tasaro GK untuk melahirkan penulis dari kalangan santri Ponpes Muba, berawal dari perbincangannya dengan salah seorang Dewan A’wan Ponpes Muba, RKH. M. Thohir Zain Abd Hamid.
Sementara, konsep hidup yang dirinya dapatkan yaitu “Kita harus baik, menjadikan orang lain baik dan bahagia”.
Diharapkan, dapat tercipta santri Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata, jadi penulis yang baik dan handal.
“Semoga banyak lahir dari rahim pesantren,”Prolog Tasaro GK saat memulai ngaji, di Mushalla putra Ponpes Muba. Sabtu Malam, (11/01/2020).
Menurutnya, membaca merupakan cara terbaik untuk mengasah skill kemampuan dalam menulis. Penulis hebat pun secara berulang-ulang menyarankan agar rajin membaca.
“Saya sering sekali kesana kemari mencari informasi. Bagaimana cara menjadi seorang penulis?. Tahukah Anda, bahwa rata-rata menyarankan agar kita rajin membaca,” Tegasnya
Kegiatan membaca, kata Abah Tasaro GK melanjutkan, dapat menambah wawasan dan penguasaan kosakata. Terutama bacaan dengan yang mau ditulis.
“Sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak rajin membaca, karena sekarang ini begitu banyak informasi menarik yang bisa kita akses. Mulai dari perpustakaan hingga internet,”Imbuhnya.
Diakhir materinya, dirinya berpesan, jadilah pembaca yang baik karena penulis yang baik, terlahir dari pembaca yang baik. Dan mulai menulis dari suatu yang disenangi.
“Maka menulislah sesuatu yang kalian cintai,”Pungkas Abah Tasaro sapaan akrabnya.
Sekedar untuk diketahui, setelah mengisi di Ngaji Menulis, Abah Tasaro bermaksud keliling ketempat bersejarah di pulau Madura.
Perjalanan tersebut, untuk menunjang risearch dijadikan trilogi dalam buku barunya yang belum rampung. Termasuk manuskrip kuno yang ditulis pada tahun 1700-an yang berada di Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-bata. (mp/rai/sin)