SAMPANG, MaduraPost – Mesin perlawanan nelayan Pantura Sampang mulai dipanaskan. Puluhan nelayan menggelar konsolidasi menjelang aksi besar-besaran yang akan melibatkan ratusan orang dari lima kecamatan di pesisir utara Madura, Jumat, 15 Agustus 2025.
Rombongan massa akan bergerak dari Kecamatan Banyuates, Ketapang, dan Sokobanah (Sampang), ditambah Batu Mar Mar dan Pasean (Pamekasan). Mereka menargetkan dua titik aksi: kawasan Maspion Petronas Gresik pada 19 Agustus 2025 dan kantor SKK Migas Jabanusa di Surabaya sehari sesudahnya.
Faris Reza Malik, koordinator lapangan aksi, mengatakan tujuan mereka jelas: menuntut pertanggungjawaban penuh atas kerusakan ribuan rumpon nelayan yang hancur akibat survei 3D seismik migas Petronas pada Agustus 2024 di perairan utara Madura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kami tidak mau lagi mendengar alasan atau lempar tanggung jawab. Petronas harus bayar ganti rugi. Kalau tidak, mereka tidak punya hak melakukan eksploitasi di Sumur Hidayah,” ujar Faris.
Nada serupa dilontarkan Holik dan Muhammad, nelayan asal Desa Banyuates dan Masaran. Mereka menuding Petronas hanya pandai berjanji tanpa bukti.
“Selama rumpon nelayan belum diganti, jangan harap Petronas bisa bebas bekerja di wilayah kami,” kata keduanya.
Sengkarut ini bermula ketika Petronas mengklaim telah menyalurkan ganti rugi kepada PT Elnusa, pelaksana survei seismik. Klaim itu disampaikan Fathir, karyawan Petronas, yang sempat berjanji membuka bukti transfer secara transparan kepada nelayan. Namun, hingga kini, janji itu tak pernah dipenuhi.
Bagi para nelayan, aksi 19–20 Agustus nanti bukan sekadar unjuk rasa, tetapi peringatan keras kepada Petronas dan SKK Migas.
“Masyarakat pesisir Madura tidak akan diam ketika haknya diinjak,” kata Faris.
Penulis : Imron Muslim
Editor : Nurus Solehen