PAMEKASAN MaduraPost – Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern Mallaby, atau yang lebih dikenal sebagai Jenderal Mallaby, merupakan salah satu tokoh militer Inggris yang memiliki pengalaman tempur yang luar biasa.
Mallaby lahir di London pada 12 Desember 1899, Mallaby memulai karir militernya di Angkatan Darat Inggris selama Perang Dunia I dan melanjutkan pengabdiannya hingga Perang Dunia II.
Dalam kedua perang besar tersebut, Mallaby menunjukkan kualitas kepemimpinan yang tegas dan disegani. Pengalaman tempur yang mengagumkan, mulai dari Perang Dunia I hingga Perang Dunia II.
Mallaby memulai karir militernya di Front Barat, merasakan kerasnya perang parit dan brutalnya pertempuran yang memberikan dasar pengalaman militer yang sangat kokoh.
Kemudian Mallaby terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Jerman dan Italia di gurun Afrika Utara, di mana ia menunjukkan kepemimpinan yang tegas dan taktis.
Prestasi ini dilanjut dengan memberikan tugas Mallaby untuk beroperasi di Asia Tenggara. Setelah bertugas di Afrika Utara, Mallaby ditempatkan di Asia Tenggara, bertempur melawan pasukan Jepang dalam upaya Sekutu merebut kembali wilayah yang diduduki.
Setelah Jepang menyerah pada tahun 1945, Mallaby ditugaskan sebagai Komandan Brigade Infanteri India ke-49 yang ditempatkan di Indonesia. Tugas utamanya adalah melucuti tentara Jepang dan mengembalikan administrasi sipil Belanda.
Pada 25 Oktober 1945, Brigade Infanteri India ke-49 yang dipimpin oleh Mallaby tiba di Surabaya dengan tujuan mengamankan kota dan menghindari bentrokan dengan pejuang kemerdekaan Indonesia.
Namun, situasi di Surabaya sangat tegang karena rakyat tidak menginginkan kembalinya kekuasaan Belanda. Tanggal 30 Oktober 1945 menjadi saksi insiden tragis yang kemudian dikenal sebagai “Insiden Jembatan Merah”.
Pada hari itu, Mallaby bersama beberapa perwira Inggris berada dalam mobil di dekat Jembatan Merah dalam perjalanan untuk bertemu dengan pemimpin pejuang Surabaya guna merundingkan gencatan senjata.
Di tengah perjalanan, mobil Mallaby dihadang oleh pejuang Indonesia yang marah. Terjadi perdebatan sengit yang memanas, hingga akhirnya sebuah tembakan meletus dari arah kerumunan, memicu baku tembak yang tak terelakkan.
Dalam kekacauan tersebut, granat tangan dilemparkan ke dalam mobil Mallaby, menyebabkan ledakan yang menewaskannya seketika. Kematian Mallaby pada 30 Oktober 1945 ini memicu kemarahan besar dari pihak Inggris dan Sekutu.
Peristiwa ini menjadi titik balik yang memicu pertempuran besar antara pasukan Inggris dan pejuang Indonesia di Surabaya, yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Surabaya.
Pertempuran yang berlangsung hingga pertengahan November 1945 ini menjadi salah satu pertempuran paling berdarah dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, menandai semangat juang yang tak pernah padam dari para pejuang kemerdekaan.***