Scroll untuk baca artikel
Daerah

MCF 2025 Pesta Budaya Atau Panggung Bancakan? Sugeng Dituding Sebagai Dalang

Avatar
5
×

MCF 2025 Pesta Budaya Atau Panggung Bancakan? Sugeng Dituding Sebagai Dalang

Sebarkan artikel ini
EVENT. Penampilan peserta di panggung utama Madura Culture Festival (MCF) 2025 di Sumenep. (Istimewa for MaduraPost)
EVENT. Penampilan peserta di panggung utama Madura Culture Festival (MCF) 2025 di Sumenep. (Istimewa for MaduraPost)

SUMENEP, MaduraPost – Madura Culture Festival (MCF) 2025 yang digadang-gadang sebagai etalase kebudayaan terbesar di Sumenep, kini justru berubah menjadi panggung tudingan miring.

Dari dugaan bancakan dana hingga praktik jual-beli stand, semua bermuara pada satu nama Sugeng.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Bagi publik Sumenep, nama Sugeng bukanlah asing. Pernah menjadi Tenaga Ahli (TA) Bupati sebelum diberhentikan, kini ia tercatat sebagai salah satu komisioner Baznas Sumenep.

Namun, status barunya tidak menghalangi kabar tak sedap. Sugeng disebut-sebut sebagai “otak” di balik carut-marutnya pengelolaan MCF 2025.

Jejak Dugaan Bancakan

Dari hasil rangkuman MaduraPost, sedikitnya ada tiga sumber dana yang dipertanyakan dalam hajatan budaya tersebut:

1. APBD Sumenep 2025 – Pemerintah mengalokasikan Rp310 juta untuk enam rangkaian kegiatan, di mana Rp200 juta di antaranya untuk MCF.

2. Jual-beli stand – Disebut-sebut dikendalikan Sugeng, dengan tarif mulai Rp800 ribu hingga Rp3 juta. Jika 146 stand terisi penuh, potensi dana mencapai Rp219 juta.

Baca Juga :  Gawat, P2KD Desa Mapper Kembalikan Berkas Pencalonan Hisam di Akhir Masa Pendaftaran

3. Iuran Paguyuban Rokok – Setiap pabrik rokok diminta Rp3 juta. Bila benar 70 pabrik ikut, nilainya bisa Rp210 juta. Meski pada akhirnya hanya Rp40 juta yang masuk, dana itu diduga mengalir langsung ke rekening Sugeng.

Jika dihitung kasar, angka dugaan bancakan bisa menembus Rp739 juta, bahkan disebut-sebut mendekati Rp1 miliar jika termasuk sponsor dari SKK Migas, RSUD dr. H. Moh. Anwar, dan BPRS Bhakti Sumekar.

Sugeng Membantah: “Hoaks Semua Itu”

Sugeng saat diwawancara MaduraPost membantah keras tuduhan tersebut. Menurutnya, rumor yang berkembang hanyalah manipulasi informasi. Ia menegaskan, dirinya hanya pelaksana event MCF dan pameran pembangunan.

“Tidak benar kalau saya disebut mengendalikan semua. Event itu ada panitia masing-masing. Saya hanya pegang Madura Kultur dan pameran. Festival tembakau, festival batik, sweet model, semua ada panitia sendiri,” tegas Sugeng, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Jumat (12/9) siang.

Baca Juga :  Bawaslu Pamekasan Tertibkan 40 APK Pelanggar

Terkait tudingan dana iuran rokok yang ditransfer ke rekening pribadinya, Sugeng menyebutnya fitnah. Menurut dia, justru paguyuban sendiri yang menanggung biaya orkes, panggung, hingga tenda.

“Mereka minta tolong ke saya soal panggung dan sound system. Tapi biayanya mereka tanggung sendiri. Jadi tidak ada yang saya makan. Kalau disebut 1 miliar, itu bohong,” katanya.

Stand UMKM dan Sponsor

Sugeng juga mengklarifikasi praktik jual-beli stand yang disebut-sebut mencapai jutaan rupiah. Ia menyebut ada beragam kategori, mulai Rp350 ribu untuk UMKM, dengan alasan biaya keamanan dan kebersihan yang tinggi.

“Orang hanya lihat nominalnya. Padahal biaya keamanan saja tiap malam Rp2,5 juta. Pengamanan stan, kebersihan, itu besar. Sponsor pun kecil, RSUD hanya Rp500 ribu, SKK Rp2,5 juta, Kangean Energi Rp5 juta,” urainya.

Status di Baznas

Isu lain yang menyeret Sugeng adalah posisinya sebagai komisioner Baznas. Ketua Baznas Sumenep, Ahmad Rahman, memang mengakui Sugeng masih aktif.

Baca Juga :  Pesan Moral Ketua DPRD Sumenep di Hari Pahlawan Nasional

Namun Rahman menolak mengomentari lebih jauh dugaan keterlibatannya dalam MCF, dengan alasan itu bukan domain Baznas. Sugeng sendiri menanggapi enteng.

“Tidak masalah saya komisioner Baznas sekaligus EO. Saya sudah lama jadi EO sejak 2015. Kalau ada yang memojokkan saya, biarin aja. Itu tidak sesuai fakta,” ucapnya.

SPJ Sudah Cair

Terkait laporan pertanggungjawaban (SPJ) yang disebut-sebut belum diserahkan ke dinas, Sugeng memastikan semua sudah selesai.

“Kalau SPJ tidak masuk, dana tidak akan cair. Faktanya sudah cair. Jadi tidak ada tumpang tindih,” pungkasnya.

Antara Fakta dan Dugaan

MCF 2025 seharusnya menjadi ruang perayaan identitas budaya Madura. Namun, publik justru disuguhi silang klaim antara dugaan bancakan anggaran dan bantahan keras dari pihak yang dituding.

Sugeng mungkin sudah angkat bicara. Tapi pertanyaan publik belum terjawab sepenuhnya, apakah MCF hanya panggung budaya, atau juga ladang bancakan bagi segelintir orang.***