PAMEKASAN, MaduraPost – Sejumlah mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB), Universitas Trunojoyo Madura (UTM), menggelar diskusi mendalam seputar dunia jurnalistik bersama Redaktur MaduraPost, Nurus Solehen.
Kegiatan tersebut dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom dan menjadi bagian dari pemenuhan Ujian Akhir Semester (UAS). Diskusi ini diikuti oleh tiga mahasiswa, yakni Wahyu Abdillah, Ahmad Zainul Umam Noor, dan Mohammad Khoirul Mahfud.
Meski berlangsung secara virtual, diskusi berjalan aktif dan interaktif. Para mahasiswa tampak antusias menggali informasi seputar profesi wartawan, mulai dari proses peliputan, tantangan di lapangan, hingga etika jurnalistik.
Dalam kesempatan tersebut, Wahyu Abdillah menjadi salah satu mahasiswa yang paling aktif mengajukan pertanyaan.
Ia banyak menggali realitas dunia wartawan, termasuk dinamika kerja di lapangan, tekanan dalam pemberitaan, serta cara menjaga independensi dan idealisme di tengah berbagai kepentingan.
“Kami ingin tahu secara langsung bagaimana realitas kerja seorang wartawan. Mulai dari proses mencari berita, menghadapi narasumber, sampai tekanan yang mungkin datang dari berbagai pihak. Diskusi ini sangat membuka wawasan kami,” ujar Wahyu Abdillah, Minggu (14/12).
Menurut Wahyu, diskusi bersama praktisi media seperti Nurus Solehen memberikan gambaran nyata yang tidak selalu didapatkan di ruang kelas.
Ia menilai pengalaman langsung dari wartawan senior sangat penting sebagai bekal bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi yang tertarik terjun ke dunia jurnalistik.
Sementara itu, Nurus Solehen dalam pemaparannya menceritakan perjalanan karier jurnalistiknya sejak awal. Ia mengawali karier sebagai wartawan di Harian Pagi Kabar Madura pada 2016.
Selama kurang lebih tiga tahun berkiprah hingga 2019, ia aktif meliput berbagai isu sosial, politik, dan hukum di wilayah Madura.
“Menjadi wartawan bukan hanya soal menulis berita, tetapi juga tentang tanggung jawab moral, keberanian menyampaikan kebenaran, dan komitmen menjaga kepercayaan publik,” ungkap Nurus.
Setelah mengakhiri kariernya di media sebelumnya, Nurus kemudian diminta bergabung dengan MaduraPost.
Salah satu pemilik media tersebut menilai bahwa pengelolaan dapur redaksi membutuhkan sosok yang matang dan berpengalaman di dunia jurnalistik.
Atas dasar itu, Nurus dipercaya untuk bergabung dan terlibat langsung dalam pengelolaan redaksi.
Dalam diskusi tersebut, Nurus juga menekankan pentingnya etika jurnalistik, verifikasi data, serta sikap independen wartawan di era digital yang serba cepat. Ia mengingatkan bahwa kecepatan informasi tidak boleh mengalahkan akurasi dan kebenaran.
Para mahasiswa mengaku mendapatkan banyak pelajaran berharga dari diskusi ini. Selain memahami tantangan profesi wartawan, mereka juga mendapat motivasi untuk lebih serius mendalami dunia jurnalistik sebagai salah satu bidang karier di masa depan.***






