PAMEKASAN, MaduraPost – Ketua Banggar DPR RI MH Said Abdullah menggelar acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kecamatan Tlanakan, pada Selasa (24/11).
Ratusan tokoh yang ikut serta di antaranya meliputi tokoh pemuda, buruh nelayan, buruh tani dan tenaga pendidik. Tujuan dari acara untuk menguatkan nilai-nilai pancasila sebagai dasar dan ideologi negara.
Acara sosialisasi diwakili Pegiat Pendidikan KH Kholiq Fandi, Pemuka Agama KH. Mahfud Sirojuddin dan Dewan Pakar Said Abdullah Institute (SAI) Nadi Mulyadi. Di forum, mereka satu persatu secara bergantian memaparkan materi kebangsaan.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Pegiat Pendidikan KH Kholiq Fandi mengatakan, sosialisasi empat pilar merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam rangka memperkokoh semangat persatuan dan kesatuan bangsa. Menurutnya, kelompok pemuda, nelayan, petani, dan tenaga pendidik sering bersentuhan dengan kondisi riil masyarakat.
“Untuk itu perlu adanya kesadaran bahwa untuk memupuk sekaligus merawat kebhinnekaan itu adalah mencintai NKRI,” kata Kholiq.
Hal senada dikatakan Pemuka Agama KH Mahfud Sirojuddin bahwa selain mengamalkan nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 sangat penting untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan YME.
“Hati kita tidak boleh kosong. Pikiran kita harus jernih. Insya Allah kita akan selalu dilindungi Allah. Saya berharap semua peserta dapat meneruskan materi sosialisasi serta memberikan pentingnya empat pilar kepada seluruh masyarakat yang ada di sekitar kita,” urainya.
Sementara itu, Dewan Pakar Said Abdullah Institute (SAI) Nadi Mulyadi mengatakan, era kekinian kompleksitas kehidupan memang sangat memeras pikiran, tenaga dan biaya. Dari itu, tantangan yang harus dihadapi, sering ditemukan tidak satu arah, melainkan banyak arah termasuk melalui media informasi.
“Karenanya hal itu harus segera diimbangi dengan berbagai pendidikan karakter. Saya berharap kita semua mampu memanfaatkan media sosial dengan benar serta tidak menjadi konsumen sekaligus produsen berita-berita hoaks,” ungkap Nadi.
Nadi mengungkapkan, ujaran kebencian dan perilaku, diakui atau tidak akan mengarah pada budaya intoleransi. Oleh sebab itu, memahami pancasila tidak hanya sekedar hafal, akan tetapi perlu diimbangi dengan pemahaman sejarah.
“Terutama bagi tenaga pendidik, karena mereka merupakan salah satu kunci penggerak informasi yang digugu dan ditiru. Sehingga dalam penyampaian empat pilar kebangsaan dapat dibangun secara struktural untuk membangun sikap dan mental generasi pelajar,” pungkasnya.
(mp/red)