SUMENEP, MaduraPost – Kuliner Nasi Pocong di Sumenep akan menggiring masyarakat pada dua hal, yakni antara penasaran dan ketakutan. Sebab lahirnya istilah kuliner ini diakui memiliki latar belakang mistis.
Kuliner ini berada di Dusun Garantong, Desa Batang-Batang Daja, Kecamatan Batang-Batang. Akses dari Kota Sumenep ke utara kurang lebih 25 kilometer. Perintis kuliner merupakan warga setempat bernama Basta.
Menurut Basta, nasi dagangannya itu sudah berjalan kurang lebih 19 tahun. Kala itu, masyarakat mengenal nasi jualannya disebut ‘Nasi Ibu Basta’.
“Sudah lama, saya sudah punya cucu dua. Dulu waktu pertama merintis, saya masih belum punya cucu,” kata Basta, Sabtu (4/1).
Baca juga: LSM JCW Tuding Ada Pungli Terhadap Penyewa Kios di Terminal Sampang
Menariknya Basta ikut kaget setelah nasi dagangannya itu diberi nama nasi pocong akibat dikabarkan salah seorang pemebelinya dulu pernah diganggu hantu pocong.
“Tapi itu dulu, saya belum bisa memastikan apakah merena benar-benar ketemu dengan hantu pocong atau tidak,” ungkapnya.
Ia mengakui bahwa kala itu sebelum dibangun jalan baru, dulu jalan menuju ke warungnya melewati sebuah makam alias kuburan dengan setapak jalan kecil. Jalan itu jadi jalan satu-satunya.
Seminggu, warung kuliner ini buka dua kali, malam Rabu dan Minggu mulai pukul 16.00 – 23.59 WIB. Harganya pun cukup terjangkau Rp 5 ribu per bungkus. Selain dibungkus, nasi juga bisa dimakan di tempat.
Saking larisnya, nasi ini sering di pesan dengan jumlah banyak oleh pembeli dari luar. Meski itu hanya untuk makan keluarga. Habis terjualnya nasi tidak menentu bergantung situasi, tapi selama nasi masih ada berakhir sampai pukul 23.59 WIB.
Semula nasi dagangan Basta ini disebut ‘Nasi Basta’ atau nasi Ibu Basta. Nama itu dipopulerkan karena nasi hanya bermenu menggunakan kecambah, ampas kelapa, kacang bacang, dan bayam. Menu tambahan ada telur dadar dan gorengan.
Kepala Desa Batang-Batang Daja Siti Naisa menanggapi kuliner unik yang digagas warganya tersebut. Diakui, kuliner nasi pocong sebenarnya sudah ada sejak lama. Hanya belakangan publik sebagian ada yang baru menjangkau.
Siti sedikit mengetahui sejarah asal muasal istilah nama mistis itu hingga menyandang ke sebuah kuliner makanan. Seperti yang disampaikan tokoh masyarakat dan pemilik kuliner, asumsinya tidak jauh berbeda.
Sepengetahuan Siti, nasi pocong tersebut diawal-awal dirintis Ibu Basta, dibuka setiap hari. Tepat jamnya mulai sore sampai malam. Diubah hanya dua kali dalam seminggu, itu mengikuti hari pasaran Pasar Batang-Batang, hari Selasa dan Sabtu. Akan tetapi pasar ini sudah tidak begitu aktif. (mp/red/rus)