Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

Kontemplasi Pendidikan Karakter Dalam Merdeka Belajar

15
×

Kontemplasi Pendidikan Karakter Dalam Merdeka Belajar

Sebarkan artikel ini
Penulis ; Farid Al Junairi CGP 10

Sebuah pemahaman dengan mengkoneksikan prinsip Ki Hadjar Dewantara dalam Pendidikan

ARTIKEL, MaduraPost – Paradigma pendidikan di era milleneal harusnya dapat melihat potensi dari setiap anak sesuai dengan kodrat zaman.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Mewujudkan pendidikan yang dapat memanusiakan manusia dengan melihat kemampuan anak yang berbeda dan memiliki kebermanfaatan di hadapan masyarakat.

Sebagai pelaksana pendidikan, khususnya sebagai seorang guru yang berusaha mewujudkan ketercapaian pembelajaran sehingga memunculkan stereotip terhadap anak yang didasarkan hanya pada bidang akademis. Lebih penting dari hal tersebut seharusnya yang dapat dilakukan adalah mengenal potensi siswa secara keseluruhan, baik sebagai individu atau anggota masyarakat.

Dalam hal ini penguasaan akademik harusnya dikesampingkan karena tujuan pendidikan sebenarnya adalah pembebasan akal manusia dari indoktrinisasi yang membatasi cipta, rasa dan karsa untuk berimajinasi. Pendidikan dihadirkan bukan membatasi benar dan salah justru untuk mengurangi kesalahan dan mempertebal kebenaran. Berbeda dengan keadaan saat ini, tanpa memahami tujuan pendidikan dan hanya memunculkan argumen tanpa dasar.

Baca Juga :  Pembuatan Surat Suara Pilkades Serentak Kabupaten Bangkalan Menjadi Tanggung Jawab P2KD

Dalam pendidikan, perdebatan kurikulum seolah menjadi hal paling penting dibandingkan dengan esensi pendidikan untuk menghamba kepada murid. Kita ketahui bahwa pendidikan hanyalah sebuah pedoman metode.

Sebagai guru, kita yang memahami kondisi satuan pendidikan dan keadaan siswa untuk dibentuk menjadi iklim yang menyenangkan dalam pembelajaran. Sejatinya seorang guru dapat menanamkan pendidikan karakter serta penguatan sosial budaya dan mampu mengkontekstualisasikan
budaya lokal dalam pendidikan. Interaksi pendidikan sebagai tempat persemaian benih-benih kebudayaan.

Insersi pendidikan karakter ini diharapkan mampu membekali siswa dalam penguatan karakter dan jiwa sosialnya yang saat ini terbatasi oleh ruang dan waktu dalam menjalankan ketuntasan kurikulum.

Baca Juga :  Masa Belajar di Rumah Diperpanjang Hingga 21 April 2020, Kadisdik Bangkalan Himbau Guru Awasi Murid

Pendidikan dengan kurikulum merdeka harusnya menjadi akses untuk menularkan moralitas dengan membangun karakter berdasarkan profil pelajar Pancasila, dimana pendidikan saat ini menjadi ruang yang memberikan kesempatan bagi siswa dan
guru untuk berkembang.

Pendidikan tidak hanya menuntut siswa, untuk berkembang tetapi antara guru dan siswa melakukan upaya pengembangan diri secara bersama-sama sehingga tidak ada hipotesa tuntutan pada diri siswa.

Pemaknaan pengembangan potensi siswa berdasarkan minat dan karakternya sehingga pendidik
mampu menebalkan nya. Setiap anak mempunyai hak untuk mengeksplorasi kan potensi yang ada dalam dirinya dan guru harus mampu bertanggung jawab untuk Membimbing semua kodrat yang ada dalam diri anak untuk mencapai potensi terbaiknya.

Pembelajaran diferensiasi dianggap sebagai win-win solution untuk mencapai tujuan tersebut tanpa
terjebak diferensiasi yang dipaksakan oleh perbedaan metode. Pengelompokan anak yang cenderung diskriminatif memunculkan steorotip dalam
pembelajaran. Konsep terdiferensiasi dalam pembelajaran yang sebenarnya adalah untuk melayani kebutuhan anak yang belum tentu membutuhkan
metode yang berbeda namun hanya perbedaan waktu dalam memahaminya.

Baca Juga :  Perubahan UN ke AN, Disdik Sumenep Jelaskan Tiga Hal Ini

Tujuan yang harus dicapai dalam pendidikan adalah membentuk insan yang dapat berpikir secara
sistematis, sehingga guru dapat menuntun siswa untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai individu dan anggota masyarakat.

Untuk mencapai transformasi pendidikan diperlukan kemampuan untuk memahami kodrat anak. Kodrat untuk bermain pikiran menggunakan perasaan dan kemauannya.

Kemampuan tersebut harus ya dimiliki oleh setiap pendidik tanpa harus terdistraksi dengan urusan administrasi yang menjadi tuntutan birokrasi. Kurikulum merdeka harusnya mampu menghilangkan budaya feodalistik ini. Guru dapat menghamba pada murid dengan menghargai sebagai manusia yang memiliki kodrat bawaan sehingga pembelajaran berjalan efektif.