SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
PariwisataSeni dan Budaya

Kisah Dinasti dan Pemerintahan di Balik Bangunan Bersejarah Keraton Sumenep

Avatar
×

Kisah Dinasti dan Pemerintahan di Balik Bangunan Bersejarah Keraton Sumenep

Sebarkan artikel ini
Bangunan bersejarah Keraton Sumenep yang diperintah oleh tiga dinasti yang memiliki akar geneologi yang sama. (MaduraPost/Wikimedia Commons)

PAMEKASAN, MaduraPost – Bangunan bersejarah Keraton Sumenep tidak hanya menjadi monumen fisik, tetapi juga saksi bisu perjalanan panjang dinasti dan pemerintahan di wilayah tersebut.

Meskipun banyak yang mengenalnya sebagai simbol kekuasaan Panembahan Sumolo, sedikit yang tahu bahwa lokasi keraton berpindah-pindah seiring pergantian dinasti penguasa.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Menurut RB. Mohammad Muhlis, salah satu keturunan keluarga Keraton Sumenep dinasti terakhir, Sumenep diperintah oleh tiga dinasti yang memiliki akar geneologi yang sama.

Baca Juga :  Disbudporapar Sumenep Pastikan DKS Akan Terbentuk Tahun Ini

Dinasti pertama, Aria Wiraraja, memimpin Sumenep dari Desa Banasare Kecamatan Rubaru. Lalu, tampuk kepemimpinan beralih ke dinasti Tumenggung Kanduruhan dari Kerajaan Demak.

“Sebelum akhirnya dikuasai oleh anggota dinasti Cakraningrat Bangkalan,” kata dia.

Pusat pemerintahan Sumenep juga berpindah-pindah sepanjang sejarah. Dari Desa Banasare hingga Aeng Nyior, Desa Tanjung, kemudian ke Desa Keles, Desa Bukabu, Desa Baragung, dan akhirnya ke Desa Lapataman.

Setelah beralih ke dinasti Tumenggung Kanduruhan, pusat pemerintahan berada di dua lokasi, yaitu di Kampung Karangsabu dan Kampung Atas Taman.

Baca Juga :  Bupati Sumenep Terima Bantuan Dari Gubernur Jawa Timur Untuk Masyarakat Kepulauan

Namun, dari semua lokasi keraton tersebut, hanya Keraton Sumenep yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Gus Muhlis, keturunan keraton, menjelaskan bahwa perbedaan fisik bangunan keraton dari dinasti-dinasti awal dengan yang terakhir terlihat dari ukuran, arsitektur, serta penempatan simbol-simbol dan makna filosofinya.

Keraton Sumenep, sebagai peninggalan dinasti terakhir, menampilkan perbedaan tersebut dalam warna cat, tata letak, dan simbol-simbol yang diletakkan.

Baca Juga :  Bupati Sumenep Keluarkan SE Larangan Mudik

Menariknya, Keraton Sumenep tidak sepenuhnya mirip dengan keraton di Jawa seperti di Jogjakarta atau Solo. Bangunan ini pada dasarnya hanya merupakan tempat tinggal atau rumah bagi raja dan keluarganya, yang tidak seberapa luas.

Meskipun demikian, Keraton Sumenep tetap menjadi simbol kekuasaan dan keberadaannya mencerminkan sejarah panjang pemerintahan di wilayah Sumenep.***

Baca berita lainya di Google News atau gabung grup WhatsApp sekarang juga!

Konten di bawah ini disajikan oleh advertnative. Redaksi Madura Post tidak terlibat dalam materi konten ini.