PAMEKASAN, MaduraPost – Dalam sejarah Islam, Abdurrahman bin Auf dikenal sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang tidak hanya kaya raya, tetapi juga penuh dengan keberanian dan kedermawanan.
Namanya selalu tercatat sebagai tokoh yang memainkan peran penting dalam mendukung dakwah Islam sejak masa awal hingga berkembangnya agama ini di seluruh Jazirah Arab.
Abdurrahman bin Auf adalah salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW, sebuah kehormatan yang hanya diberikan kepada mereka yang memberikan kontribusi besar dalam perjuangan Islam.
Sebelum memeluk Islam, Abdurrahman bin Auf—yang nama aslinya adalah Abdu Amr—dikenal sebagai seorang pedagang sukses dari Bani Zuhrah di Mekkah. Kehidupannya penuh dengan kemewahan dan dihormati oleh kalangan Quraisy.
Namun, hatinya selalu gelisah ketika melihat penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaumnya. Kegelisahan inilah yang kemudian membawanya bertemu dengan kebenaran Islam.
Perkenalan Abdurrahman dengan Islam dimediasi oleh sahabatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang telah lebih dahulu memeluk Islam. Abu Bakar memperkenalkannya kepada Nabi Muhammad SAW dan menyampaikan ajaran tauhid yang menolak penyembahan berhala dan hanya beriman kepada Allah SWT.
Tanpa keraguan, Abdurrahman bin Auf segera menerima Islam dan menjadi salah satu dari kelompok orang pertama yang memeluk agama ini. Keputusan Abdurrahman untuk memeluk Islam tidaklah mudah.
Seperti halnya Muslim lainnya, ia harus menghadapi penentangan keras dari masyarakat Quraisy. Tekanan, ancaman, bahkan boikot ekonomi menjadi bagian dari kehidupannya sehari-hari setelah mengikrarkan keislamannya.
Namun, Abdurrahman tetap teguh dengan imannya dan tidak tergoyahkan oleh tantangan tersebut. Keimanannya kepada Allah dan kepercayaannya pada Nabi Muhammad SAW justru semakin kuat, menjadikannya salah satu tokoh kunci dalam menyebarkan ajaran Islam.
Ketika tekanan di Mekkah semakin tidak tertahankan, Abdurrahman ikut serta dalam hijrah ke Madinah bersama Rasulullah dan kaum Muslimin lainnya. Di Madinah, Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa’ad bin Rabi’, salah satu orang terkaya di kalangan Anshar.
Dengan kemurahan hatinya, Sa’ad menawarkan setengah dari hartanya kepada Abdurrahman, namun Abdurrahman menolak dengan halus dan berkata, “Tunjukkan saja di mana pasar.”
Dari sini, Abdurrahman bin Auf memulai usaha dagangnya kembali. Dalam waktu singkat, ia berhasil bangkit menjadi salah satu pedagang terkaya di Madinah.
Namun, kekayaannya tidak membuatnya lupa akan perjuangan umat Islam. Ia menggunakan hartanya dengan penuh kebijaksanaan untuk mendukung kaum Muslimin, terutama dalam pertempuran penting melawan musuh-musuh Islam.
Abdurrahman bin Auf tidak hanya dikenal sebagai pedagang yang sukses, tetapi juga sebagai seorang dermawan yang luar biasa. Ia sering menyumbangkan kekayaannya untuk kepentingan umat Islam.
Salah satu sumbangan terbesarnya adalah ketika ia mendonasikan 500 ekor unta penuh dengan perbekalan untuk persiapan Perang Tabuk, salah satu pertempuran besar dalam sejarah Islam.
Ia juga memberikan 40.000 dinar emas untuk memperkuat pasukan Muslim, serta membebaskan banyak budak sebagai bentuk amal kebaikannya.
Abdurrahman memahami bahwa harta yang dimiliki harus dimanfaatkan untuk kebaikan, dan ia tidak pernah ragu untuk mengorbankan hartanya demi agama yang dicintainya.
Di samping dermawan, Abdurrahman bin Auf juga dikenal sebagai seorang pejuang yang tangguh. Ia turut serta dalam berbagai pertempuran besar, seperti Perang Badar, Uhud, dan Khandak.
Dalam setiap pertempuran, ia selalu berada di barisan depan, bertarung dengan gagah berani untuk mempertahankan Islam. Keberaniannya di medan perang menambah kehormatan yang dimilikinya di mata para sahabat dan kaum Muslimin.
Meskipun ia dikenal kaya raya, Abdurrahman tidak pernah lepas dari perjuangan fisik dalam membela agama. Ia membuktikan bahwa seorang Muslim yang sejati tidak hanya berjihad dengan harta, tetapi juga dengan jiwa dan raga.
Keutamaan Abdurrahman bin Auf begitu besar sehingga Rasulullah SAW memasukkannya ke dalam kelompok Al-‘Asharah Al-Mubasharun bil Jannah, yakni sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Hal ini adalah bukti betapa besar peran dan kontribusi Abdurrahman dalam perjalanan Islam.
Ia tidak hanya menggunakan kekayaannya untuk memperkuat Islam, tetapi juga mengorbankan waktu, tenaga, dan nyawanya untuk berdiri di samping Rasulullah SAW dalam setiap perjuangan.
Abdurrahman bin Auf adalah contoh sempurna dari seorang Muslim yang seimbang antara kekayaan dunia dan amalan akhirat. Dengan segala kekayaan yang dimilikinya, ia tidak pernah lupa akan tanggung jawabnya sebagai seorang hamba Allah.
Hartanya ia manfaatkan untuk kepentingan Islam, sementara jiwanya ia persembahkan untuk mempertahankan agama di medan perang. Hingga akhir hayatnya, Abdurrahman bin Auf selalu menjadi teladan dalam kedermawanan dan keteguhan iman.
Warisan yang ditinggalkannya bukan hanya berupa kekayaan, tetapi juga keteladanan tentang bagaimana seorang Muslim harus hidup dengan penuh tanggung jawab, keberanian, dan keikhlasan.
Nama Abdurrahman bin Auf akan selalu dikenang dalam sejarah Islam sebagai salah satu sahabat terbaik Nabi Muhammad SAW. Keberanian, keteguhan, dan kemurahan hatinya menjadi inspirasi bagi umat Muslim di seluruh dunia hingga saat ini.***