Scroll untuk baca artikel
Sosial

Jejak Keturunan Abul Anbiya Nabi Ibrahim AS: Leluhur Para Nabi

Avatar
31
×

Jejak Keturunan Abul Anbiya Nabi Ibrahim AS: Leluhur Para Nabi

Sebarkan artikel ini
Dalam Islam, nabi Ibrahim dikenal dengan gelar Khalilullah—kekasih Allah—dan dijuluki sebagai Abul Anbiya, yaitu bapak para nabi. (Pinterest/Fidhelia)

PAMEKASAN, MaduraPost – Nabi Ibrahim AS bukan hanya sosok agung dalam Islam, tapi juga figur sentral yang dihormati oleh agama Yahudi dan Kristen. Dalam Islam, beliau dikenal dengan gelar Khalilullah—kekasih Allah—dan dijuluki sebagai Abul Anbiya, yaitu bapak para nabi.

Julukan ini bukan tanpa alasan. Sebab, dari garis keturunan Nabi Ibrahim lahirlah sejumlah besar nabi besar yang memiliki peran penting dalam sejarah umat manusia.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Ibrahim lahir di kota Ur, wilayah Mesopotamia kuno (kini Irak selatan). Dalam perjalanannya sebagai utusan Allah, ia menempuh hijrah ke berbagai tempat: Haran, Palestina, Mesir, hingga Mekkah.

Di tengah perjalanan dakwahnya, Allah mengaruniakan dua orang putra yang kemudian menjadi leluhur dua rumpun kenabian yang berbeda.

Anak pertama Nabi Ibrahim adalah Ismail AS, yang lahir dari istrinya yang bernama Hajar. Ketika Ismail masih bayi, Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk meninggalkan Hajar dan Ismail di sebuah lembah tandus yang kelak menjadi kota suci Mekkah.

Baca Juga :  Ribuan Masyarakat Padati Peringatan 40 Hari Wafatnya Almarhumah Haja Ainun Bani

Di sinilah kisah besar dimulai. Ismail tumbuh dan berkembang di tengah kaum Jurhum, dan kemudian menjadi leluhur bangsa Arab. Dari keturunan Ismail inilah, beberapa generasi setelahnya, lahir Nabi Muhammad SAW—nabi terakhir yang diutus untuk seluruh umat manusia.

Hubungan ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad adalah keturunan langsung dari Nabi Ibrahim melalui jalur Ismail, menjadikannya bagian dari silsilah agung kenabian.

Anak kedua Nabi Ibrahim adalah Ishaq AS, yang lahir dari istrinya Sarah. Ishaq tinggal di wilayah Palestina dan kemudian menjadi ayah dari Nabi Ya’qub AS, yang lebih dikenal dengan nama Israel.

Dari Ya’qub lahirlah dua belas anak yang menjadi nenek moyang suku-suku Bani Israil. Dari garis keturunan ini pula muncul nabi-nabi besar seperti Yusuf AS, Musa AS, Harun AS, Daud AS, Sulaiman AS, Ilyas AS, Zakaria AS, Yahya AS, dan Isa AS. Semuanya berasal dari rumpun kenabian keturunan Ishaq dan Ya’qub.

Baca Juga :  Bulan Ramadhan, AWAS Bagikan Takjil Kepada Tukang Becak dan Paket Sembako Kepada Kaum Duafa

Dengan demikian, dua cabang utama kenabian berasal dari dua putra Nabi Ibrahim: jalur Ismail yang melahirkan Nabi Muhammad SAW dan jalur Ishaq yang melahirkan banyak nabi Bani Israil.

Fakta ini menjadikan Ibrahim sebagai sosok sentral dalam sejarah spiritual umat manusia. Ia bukan hanya pemimpin dalam tauhid, tetapi juga sumber keteladanan yang menurunkan generasi nabi-nabi dengan berbagai mukjizat, perjuangan, dan ajaran luhur.

Yang membuat kisah ini makin istimewa adalah kenyataan bahwa meski memiliki keturunan dari jalur yang berbeda, ajaran inti dari seluruh nabi yang berasal dari Ibrahim tetap satu: tauhid, yakni pengesaan Allah.

Baik Nabi Musa, Isa, maupun Muhammad SAW, semuanya menyerukan agar manusia hanya menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya, dan menjalani hidup dengan keadilan dan kebaikan.

Baca Juga :  Melalui KI PBJ, KPI Jawa Timur Minta Pemerintah Perhatikan Nasib Perempuan dan Kelompok Rentan

Kisah Nabi Ibrahim bukan hanya tentang keturunan darah, tapi juga tentang keturunan nilai. Ia mewariskan bukan hanya nama, tetapi juga warisan iman, ketaatan, pengorbanan, dan perjuangan.

Setiap ibadah haji yang dilakukan umat Islam di Mekkah merupakan penghormatan atas pengorbanan Ibrahim dan keluarganya—dari pembangunan Ka’bah hingga kisah penyembelihan Ismail yang berakhir dengan penyembelihan hewan kurban.

Hari ini, ketika nama Ibrahim disebut, dunia mengingat seorang nabi yang doanya dijawab dengan turunnya nabi-nabi besar. Dunia mengingat seorang lelaki yang rela meninggalkan anak dan istri demi ketaatan kepada perintah Allah.

Dunia mengingat seorang ayah, pemimpin, dan kekasih Allah yang kisah hidupnya menjadi fondasi sejarah peradaban iman umat manusia.

Ibrahim bukan hanya bagian dari sejarah—ia adalah simpul yang menyatukan tiga agama besar, dan cahaya yang memancar dalam gelapnya zaman, hingga hari ini.***