SUMENEP, MaduraPost – Maksimalkan pengelolaan sampah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur, jalin kerjasama dengan Japan Asian Economic Collaboration Association (JAECA).
Melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumenep, Pemkab Sumenep beberapa waktu lalu telah menggelar audiensi dengan JAECA.
Hal ini dalam rangka membahas soal pinjaman lunak kepada pemerintah Indonesia.
Di mana, pemerintah Indonesia telah melangsungkan Memorandum of Understanding (MoU) dengan ASEAN khusus pinjaman lunak tersebut.
Kepala DLH Sumenep, Arif Susantono menyampaikan, dari sekian banyaknya kabupaten yang ada di Indonesia, Sumenep menjadi salah satu daerah percontohan yang melangsungkan MoU atau penandatanganan di bidang pengelolaan sampah dan pengelolaan air laut menjadi air mineral.
Dalam program ini, anggaran atau investasi yang digelontorkan JAECA untuk pemerintah Indonesia sebesar Rp900 miliar.
“Ini menjadi bantuan Jepang untuk Indonesia dalam bentuk bantuan lunak atau pinjaman lunak jangka panjang antara 25 sampai 40 tahun,” kata Arif dalam keterangannya belum lama ini, Senin (5/3).
Pihaknya menjelaskan, program ini nantinya akan fokus dalam hal menangani sampah plastik atau sampah yang tidak dapat di daur ulang, dan pengelolaan air laut menjadi air tawar atau air mineral.
Kemudian, hasil dari pengelolaan dari limbah plastik tersebut nantinya akan diubah menjadi karbon aktif yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan wallpaper, penyaring filter AC dan baterai mobil listrik.
“Sampah yang akan kita kerjakan adalah sampah yang tidak bisa di daur ulang, seperti sampah plastik dan ban bekas (karet). Sementara karbon aktif ini, nantinya akan menjadi penyuplai produksi dalam negeri dan luar negeri,” kata Arif menerangkan.
Investasi yang ditanamkan oleh pihak Jepang ini merupakan investasi jangka panjang, yang diawali dengan pembangunan infrastruktur.
“Ini memerlukan waktu sekitar 5 tahun. Selama pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang akan meraka kerjaan (Jepang, red), pemerintah daerah tidak akan terbebani, karena dapat menggandeng pihak ketiga yang nantinya akan bertugas sebagai penjual, kepada pihak luar negeri ataupun dalam negeri,” papar Arif.
Sementara untuk lokasi penyulingan air laut menjadi air mineral atau air tawar, kata Arif, pemerintah daerah ataupun dari pihak investor belum ditentukan.
“Lahan yang harus disediakan hampir 12 Ha, untuk itu, kami bersama dengan pihak investor akan melihat 3 potensi seperti Talango, Bluto dan Saronggi. Alasannya, selain ketersediaan lahan, kita juga harus memikirkan segi efisiensi transportasinya,” kata Arif menjelaskan.
Senada dengan hal itu, Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo, mengaku telah mencoba berkomunikasi dengan pihak Jepang untuk menyelesaikan persoalan sampah.
Menurutnya, persoalan sampah yang ada di Kabupaten Sumenep menjadi tugas bersama tidak hanya pemerintah saja.
“Untuk itu kita berusaha melakukan berbagai macam inovasi, bagaimana mengubah persoalan sampah yang rumit, menjadi sesuatu yang bermanfaat, salah satunya dengan mengelola sampah menjadi karbon aktif,” kata Bupati Fauzi.
Pihaknya berharap, dengan masuknya investasi ini dapat menjadi program jangka panjang untuk mengatasi persoalan sampah yang ada di Kabupaten Sumenep.
Bupati mengatakan, karbon aktif hasil limbah sampah saat ini menjadi sesuatu penting yang dilirik oleh pemerintah Indonesia.
“Oleh karena itu, kita mendukung dan menyiapkan apa yang menjadi harapan dari pemerintah pusat. Bagaimana mengubah dari sesuatu yang selama ini kita anggap sebagai masalah, namun akan menjadi sesuatu yang menghasilkan. Selain untuk menjaga lingkungan hijau dan penyerapan tenaga kerja,” tandasnya.***






