Scroll untuk baca artikel
Politik

Empat Pilar Dibedah Lewat Diskusi Kritis Pemuda Madura

Avatar
31
×

Empat Pilar Dibedah Lewat Diskusi Kritis Pemuda Madura

Sebarkan artikel ini
ACARA. Suasana Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan bersama Anggota DPR RI, MH. Said Abdullah, dan para narasumber, yang berlangsung dialogis dan partisipatif di Sumenep. (Istimewa for MaduraPost)
ACARA. Suasana Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan bersama Anggota DPR RI, MH. Said Abdullah, dan para narasumber, yang berlangsung dialogis dan partisipatif di Sumenep. (Istimewa for MaduraPost)

SUMENEP, MaduraPost – Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan yang diprakarsai Anggota DPR RI dari Dapil Jawa Timur XI (Madura), MH. Said Abdullah, kembali digelar dengan format dialog terbuka yang dinamis.

Memasuki hari kedua, agenda berlangsung di Ruang Pertemuan Arya Wiraraja, Hotel de Baghraf, Selasa sore (23/12/2025), dengan atmosfer diskusi yang aktif dan penuh partisipasi.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Alih-alih menggunakan pendekatan satu arah, forum ini sengaja dirancang sebagai ruang dialog. Peserta yang didominasi kalangan muda terlibat langsung dalam pertukaran gagasan bersama para pemateri, membahas berbagai persoalan aktual terkait penerapan nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta Bhinneka Tunggal Ika dalam realitas keseharian.

Baca Juga :  Video Kekecewaan Masyarakat Desa Sana Tenga Pamekasan Pada Kadesanya Menjadi Viral

Salah satu narasumber, Khairul Umam, menegaskan bahwa diskusi menjadi elemen penting agar Empat Pilar tidak berhenti sebatas doktrin teoritis.

Ia berpandangan bahwa nilai-nilai kebangsaan hanya akan kokoh jika diterjemahkan dalam tindakan sosial yang konkret.

“Jika nilai kebangsaan hanya dihafal tanpa dipahami, ia mudah goyah. Forum dialog seperti ini penting agar anak muda berani berpikir kritis, menjalani proses, dan mengambil peran langsung di tengah masyarakat,” katanya saat sesi tanya jawab, Selasa (23/12).

Khairul juga mengajak peserta untuk memperluas komunikasi lintas perbedaan, baik perbedaan pandangan politik maupun latar belakang sosial. Menurutnya, sikap eksklusif justru berpotensi mereduksi semangat persatuan.

“Wacana kebangsaan seharusnya lahir dari berbagai arah. Ketika kita membatasi diri karena perbedaan pilihan politik atau identitas, ruang tumbuh kita menjadi sempit. Empat Pilar mesti dijadikan rujukan etis, bukan sekadar jargon,” ujarnya menegaskan.

Baca Juga :  Sebut ‘Tidak Percaya Dukun Batal Syahadatnya’ Firdaus Dikecam Ulama Madura

Sementara itu, pemateri lain, Ahmad Wasil, menyoroti fakta bahwa Empat Pilar belum sepenuhnya terimplementasi dalam kehidupan bermasyarakat.

Ia menilai, perubahan zaman menghadirkan tantangan kebangsaan yang terus bergeser sehingga pemahaman terhadap nilai dasar negara harus selalu diperbarui.

“Seandainya Empat Pilar sudah dijalankan secara utuh, mungkin diskusi seperti ini tak lagi diperlukan. Namun kenyataannya, banyak nilai yang masih berhenti di tataran konsep,” tuturnya menanggapi pertanyaan peserta.

Ahmad Wasil juga menekankan pentingnya ruang-ruang dialog nonformal, seperti diskusi santai di warung kopi, sebagai medium untuk menguji relevansi nilai kebangsaan dalam konteks sosial yang nyata.

Baca Juga :  Pakai Timbangan Manual, Penjual Tembakau di Gudang PT Phraya Multi Sentosa Dikeluhkan

“Justru di ruang sederhana itulah nilai kebangsaan diuji. Anak muda perlu bersikap progresif, memiliki inisiatif, dan siap menjadi penggerak perubahan,” jelasnya.

Diskusi tersebut turut didampingi dua tenaga ahli MH. Said Abdullah, yakni Moh. Fauzi, dan Slamet Hidayat.

Keduanya sepakat bahwa sosialisasi Empat Pilar harus dilakukan secara berkesinambungan, dengan pendekatan dialogis agar tetap relevan bagi generasi muda.

Melalui metode diskusi yang terbuka dan kritis, kegiatan sosialisasi ini tidak hanya memperdalam pemahaman peserta tentang Empat Pilar Kebangsaan, tetapi juga mendorong pemuda untuk mengaktualisasikan nilai-nilai kebangsaan dalam praktik sosial sehari-hari.***