SUMENEP, MaduraPost – Warga Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, tengah dirundung kekhawatiran akibat wabah penyakit menular yang menyerang hewan ternak sapi.
Dalam beberapa bulan terakhir, puluhan ekor sapi mati mendadak tanpa gejala yang jelas hingga ratusan ekor sapi lainnya ikut terdampak. Hal ini yang kemudian memicu kekhawatiran petani di berbagai kecamatan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep, Chainur Rasyid mengungkapkan, bahwa sebanyak 150 ekor sapi warga telah terjangkit penyakit.
Kasus ini tersebar di beberapa wilayah, termasuk Kecamatan Pasongsongan, Batuputih, dan Rubaru.
“Penyakit ini awalnya ditandai dengan gejala demam tinggi dan kembung atau tympani, yang diduga akibat konsumsi rumput muda yang kaya akan gas. Kami mengimbau warga untuk melayukan rumput sebelum diberikan kepada sapi,” ujar Chainur pada MaduraPost, Selasa (31/12) sore di kantornya.
Chainur juga mengklaim, bahwa kondisi saat ini belum masuk kategori Kejadian Luar Biasa (KLB) atas peristiwa matinya puluhan ekor sapi milik warga.
“Sejauh ini, yang terdata mati hewan ternak sapi masih 50,” tuturnya.
Salah satu anggota kelompok tani dari Desa Montorna, Kecamatan Pasongsongan, Imam Syafi’i, menyampaikan kekhawatirannya terkait wabah tersebut.
Ia berharap agar Pemkab Sumenep dapat segera mengatasi wabah yang menyerang hewan ternak di desanta itu.
“Saat ini itu sudah tinggal 10 persen dari hewan ternak sapi yang mati. Kami yang juga tidak tahu penyebab kematiannya itu karena apa. Saya berharap agar dinas terkait segera menyelidiki penyebab wabah itu terjadi agar tidak menyebar ke urwan ternak lainnya,” kata Imam saat mendatangi Kantor DKPP Sumenep.
Menurutnya, hewan ternak berupa sapi menjadi aset berharga untuk para petani. Sebab itu, ia meminta agar pemerintah daerah segera mencarikan solusi atas peristiwa yang menimpa para peternak sapi.
“Saya sangat membutuhkan solusi dari dinas terkait agar hewan ternak kami yang lain tidak tertular wabah ini,” harapnya.
Sementara itu, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo menyatakan, bawah pemerintah daerah telah mengambil langkah taktis untuk menangani masalah ini.
Ia memerintahkan dinas terkait untuk melakukan investigasi menyeluruh guna mengetahui penyebab pasti kematian sapi.
“Saya sudah memerintahkan assessment penyebab kematian ini. Apakah terkait penyakit PMK (Penyakit Mulut dan Kuku) atau faktor lain, mengingat kasusnya paling parah di Kecamatan Pasongsongan. Pada 2 Januari 2025, saya akan turun langsung ke lokasi untuk berdialog dengan peternak,” kata Bupati Fauzi saat dihubungi melalui sambungan teleponnya.
Ia juga memastikan tim medis khusus hewan sudah diterjunkan ke lapangan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.
Pemerintah setempat berharap warga mengikuti anjuran dalam pemberian pakan untuk mengurangi risiko penyakit, sembari menunggu hasil investigasi resmi.***