Madurapost.id – Salah satu tugas dosen adalah mengabdi kepada masyarakat, melakukan pendampingan dan mentranfer hal-hal baru pada masyarakat. Khususnya petani agar lebih berinovasi, maju, mandiri dan modern.
Iswahyudi sebagai petani sekaligus Dosen Universitas Islam Madura saat ini mencoba memperkenalkan teknologi budidaya padi sistem salibu pada petani.
Sistem ini ia kenalkan di Desa Pademawu Timur, Kecamatan Pademawu. Teknologi ini cocok diterapkan untuk menyiasati besarnya pengeluaran petani dalam berbudidaya padi selama pandemi.
Diakui atau tidak, sektor pertanian menjadi harapan, tulang punggung ditengah upaya pemerintah dalam menanggulangi Covid-19.
Budidaya padi salibu merupakan budidaya yang mempertahakan tanaman padi yang telah dipanen untuk tetap hidup, bahasa maduranya “Ngobu Solangah”.
Tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah dan mengeluarkan akar baru, sehingga suplai hara tidak lagi terulang pada batang lama.
Tunas ini bisa membelah dan mampu bertunas lagi seperti padi local tanam pindah biasa.
Ada beberapa keuntungan padi salibu yaitu biaya produksi rendah karena tidak perlu pembibitan, pengolahan tanah dan pindah tanam.
Budidaya ini juga dapat meningkatkan indeks panen karena waktu produksinya singkat yaitu 2 bulan saja.
Salah satu petani binaan menyatakan bahwa teknik budidaya padi salibu ini sederhana dan tidak rumit ini, juga terbukti lebih efisien dan murah dibandingkan dengan teknik budidaya padi biasa.
Namun karena ini baru pertama kali diterapkan dsni perlu kerja ekstra menjaganya dari hama tikus dan burung.
Tikus dan burung menyerang karena lahan sawah tetangga yg lain belum berbuah, bahkan masih berjuang menghadapi hama penyakit yang menyebabkan daun kuning sedangkan lahan saya lahan satu-satunya yang sudah akan panen.
Saat ini masih tahap uji coba beberapa varietas padi pada teknik budidaya salibu, akan dipilih varietas terbaik untuk dijadikan benih padi salibu kedepannya.