Scroll untuk baca artikel
Daerah

UTM Diproyeksikan Jadi Pusat Literasi Budaya Madura

Avatar
41
×

UTM Diproyeksikan Jadi Pusat Literasi Budaya Madura

Sebarkan artikel ini
KUNJUNGAN. Menteri Kebudayaan bersama jajaran meninjau pameran produk budaya dalam rangka Kongres Kebudayaan Madura di Universitas Trunojoyo Madura. (Surya Arfa/MaduraPost)
KUNJUNGAN. Menteri Kebudayaan bersama jajaran meninjau pameran produk budaya dalam rangka Kongres Kebudayaan Madura di Universitas Trunojoyo Madura. (Surya Arfa/MaduraPost)

BANGKALAN, MaduraPost – Universitas Trunojoyo Madura (UTM) diproyeksikan menjadi pusat literasi budaya Madura. Gagasan itu mengemuka dalam Kongres Kebudayaan Madura yang digelar di kampus UTM, Senin, 22 Desember 2025, dan dihadiri Menteri Kebudayaan Fadli Zon.

Dalam orasi ilmiahnya, Fadli menekankan peran perguruan tinggi sebagai simpul pengetahuan kebudayaan. Menurut dia, Indonesia merupakan bangsa dengan keragaman budaya yang besar, namun kerap rapuh dalam pengarsipan dan literasi.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

“Budaya bukan sekadar identitas, tetapi modal peradaban dan potensi ekonomi,” kata Fadli, Senin (22/12).

Baca Juga :  Kapolres Pamekasan Pimpin Sertijab Wakapolres, Kabag Ops Dan Kapolsek

Ia menilai penguatan literasi budaya dan industri budaya perlu dikerjakan secara sistematis agar tidak berhenti pada seremoni.

Fadli menyebut kebudayaan Madura memiliki spektrum yang luas, dari bahasa hingga seni pertunjukan. Namun kekayaan itu, kata dia, membutuhkan kerja dokumentasi dan pendidikan agar tidak tergerus perubahan zaman.

Rektor UTM Prof. Dr. Safi’ mengatakan, keterlibatan kampus dalam pelestarian budaya merupakan tanggung jawab akademik. Ia menilai perguruan tinggi dan pemerintah daerah tak bisa absen dalam urusan kebudayaan.

Baca Juga :  Pemkab Sumenep Ajak Eks Napiter Ikut Upacara HUT ke-80 Kemerdekaan RI

“Kalau bukan lembaga pendidikan dan pemerintah daerah yang ikut bertanggung jawab, lalu siapa lagi?” ujar Safi’.

Ia mengakui keterbatasan fasilitas kebudayaan yang dimiliki UTM, baik ruang maupun koleksi. Namun, ia menekankan bahwa langkah awal menjadi penentu keberlanjutan.

“Ruang masih terbatas, koleksi juga belum banyak. Tapi yang penting inisiatifnya. Dari situ pengembangan bisa dilakukan,” kata dia.

Menurut Safi’, ikhtiar tersebut mendapat sambutan dari masyarakat. Sejumlah budayawan menyerahkan lukisan, benda, dan karya budaya lainnya kepada UTM secara cuma-cuma.

Baca Juga :  Awas DBD, Ini Cara Aman Cegah Gigitan Nyamuk

“Banyak yang menghibahkan koleksi pribadinya. Itu bentuk kepercayaan sekaligus kebanggaan,” ujarnya.

Ia menambahkan, dukungan tersebut membuka ruang bagi penguatan riset kebudayaan dan pengembangan kompetensi kebahasaan, termasuk Bahasa Madura, di lingkungan akademik.

Dengan dukungan pemerintah dan partisipasi masyarakat, UTM diharapkan berkembang sebagai pusat literasi, dokumentasi, dan pengarsipan budaya Madura bukan sekadar etalase budaya, melainkan ruang belajar yang hidup.***