SUMENEP, MaduraPost – Puluhan pengelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) se-Kecamatan Pasongsongan, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, mengikuti kegiatan studi banding ke Provinsi DIY dan Jawa Tengah selama empat hari, terhitung sejak 17 hingga 20 Juli 2025.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan wawasan para pengelola BUMDes, khususnya dalam hal manajemen usaha desa serta pengelolaan potensi lokal secara mandiri dan berkelanjutan.
Camat Pasongsongan, Fariz Aulia Utomo, menjelaskan bahwa destinasi pertama studi banding adalah BUMDes Panggung Lestari di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Di tempat tersebut, rombongan belajar langsung mengenai sistem pengelolaan usaha desa yang tertata dan profesional.
“Mulai dari perencanaan usaha, sistem pelaporan keuangan yang akuntabel, hingga strategi pengelolaan modal yang tidak hanya bergantung pada APBDes, tapi juga dari partisipasi warga sekitar,” ujar Fariz, Minggu (20/7).
Pada hari kedua, rombongan mengunjungi Rohani Farm di Sukoharjo, Jawa Tengah. Di lokasi ini, peserta disuguhkan konsep Integrated Farming System atau sistem pertanian terpadu yang mengutamakan efisiensi dan keberlanjutan.
“Artinya, pertanian dijalankan secara terintegrasi, dari peternakan, perikanan, hingga pertanian itu sendiri. Bahkan limbah dari satu sektor dapat dimanfaatkan untuk sektor lainnya. Tidak ada yang terbuang,” jelas Fariz penuh antusias.
Sementara itu, Akhmad Suhalis, Direktur BUMDes Sataretan Desa Soddara, menyatakan bahwa kunjungan tersebut memberikan banyak pelajaran berharga yang bisa segera diimplementasikan di tingkat desa.
“Banyak yang sudah kami dapatkan dari studi banding ini, mulai dari strategi pengelolaan keuangan serta pertanian terpadu di beberapa tempat,” kata Suhalis.
Menurutnya, yang paling menarik dan aplikatif dalam konteks ketahanan pangan adalah konsep pertanian terpadu, terutama karena mampu mengelola limbah menjadi sumber daya baru.
“Yang paling menarik dan bisa kita aplikasikan dalam ketahanan pangan ini yaitu pertanian terpadu, yang mana limbah dari sektor usaha ini bisa kita manfaatkan. Artinya, tidak ada limbah dalam hal ini,” tegasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa implementasi program tersebut semakin memungkinkan karena sebagian besar BUMDes sudah mendapat dukungan dana dari program ketahanan pangan.
“Karena kita juga sudah mendapatkan suntikan dana dari ketahanan pangan, jadi implementasinya sangat mungkin dilakukan dalam waktu dekat,” pungkasnya.
Dengan adanya kegiatan ini, para pengelola BUMDes diharapkan mampu menerapkan inovasi serupa di desa masing-masing, mengembangkan potensi lokal, dan menciptakan usaha desa yang berdaya saing tinggi.***






