SUMENEP, MaduraPost – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur, bekerja sama dengan Pelestari Budaya Leluhur Desa Aeng Tong-tong, “Pelar Agung,” menyelenggarakan acara Haul dan Jamasan Pusaka Keraton Sumenep serta Pusaka Leluhur Desa setempat.
Acara ini melibatkan berbagai generasi, tidak hanya para empu, tokoh agama, dan tokoh masyarakat, tetapi juga siswa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Siswa mengikuti Haul dan Jamasan sebagai salah satu cara memperkenalkan warisan budaya para leluhur supaya mereka mencintai, merawat serta melestarikan keris,” kata Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo saat Haul dan Jamasan Pusaka di Asta Buluk Agung Desa Aeng Tong-tong, Kecamatan Saronggi, Senin (15/7).
Bupati mengharapkan, keterlibatan pelajar dalam acara ini dapat mendorong regenerasi pengrajin keris agar keahlian dan tradisi ini tetap bertahan.
Saat ini, tantangan yang dihadapi pengrajin keris adalah memastikan keberlanjutan generasi penerus yang mampu mempertahankan produksi keris di Kabupaten Sumenep. Oleh karena itu, regenerasi harus terus berlanjut.
“Karena itulah empu, sesepuh, dan pelaku keris di Desa Aeng Tong-tong selalu berusaha menularkan ilmu dan keahliannya kepada generasi muda di desanya, demi melestarikan tradisi luhur kepada generasi muda sebagai penerus,” jelas Bupati Fauzi.
Bupati menambahkan, bahwa pemerintah daerah telah menetapkan Kabupaten Sumenep sebagai Kota Keris pada tahun 2014 dan Desa Aeng Tong-tong sebagai Desa Keris pada Maret 2018 untuk melestarikan pusaka keris.
“Desa Aeng Tong-tong sebagai desa wisata keris menunjukkan bahwa desa ini memiliki keistimewaan yang tiada duanya, dan perlu dijaga eksistensinya secara bersama-sama,” tutur Bupati Fauzi.
Tradisi jamasan keris pusaka keraton dan pusaka leluhur Desa Aeng Tong-tong menggunakan tujuh sumber mata air kuno yang berada di tiga lokasi, yaitu Taman Sare Keraton, Kecamatan Lenteng, dan Kecamatan Saronggi.
Di tempat yang sama, Empu Keris Paguyuban Pelar Agung, Ika Arista mengungkapkan, bahwa kegiatan ini melibatkan siswa agar mereka bisa melihat langsung proses penjamasan keris dalam menjaga dan merawat pusaka yang telah dilakukan oleh leluhur mereka.
“Semoga kegiatan ini memberikan pengetahuan kepada siswa tentang merawat pusaka keris sebagai salah satu budaya warisan leluhur,” tandasnya.***






