Artikel, MaduraPost – Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tentunya kita tidak dapat memenuhi semuanya sendiri. ada beberapa kebutuhan yang kita diperoleh dari orang lain.
Lalu, bagaimana dengan orang-orang di zaman dahulu? Orang orang di zaman dahulu mulanya dengan melakukan pemburuan di hutan-hutan untuk memenuhi kebutuhannya.
Seiring berjalannya waktu, mereka pun mulai menyadari bahwa kebutuhan yang mereka produksi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mereka juga menyadari akan butuhnya berinteraksi akan sesama sehingga mereka pun berinovasi dengan melakukan perttukaran atau yang biasa kita kenal dengan barter.
Namun, seiring berjalannya waktu sistem barter ini memiliki beberapa kekurangan, seperti ketidaksamaan kebutuhan atau ketidaksepakatan. Dan terjadilah inovasi kembali, yaitu dengan adanya standar pembayaran.
Kemudian, terciptalah uang logam. Uang logam dibuat menggunakan bahan baku emas dan perak begitupun dengan nilai uang itu sendiri menggunakan nilai emas dan perak. Namun, uang logam dinilai kurang efisien dan keterbatasan bahan baku terciptalah uang kertas.
Pada abad 1 Masehi uang kertas pertama kali diciptakan oleh orang tiongkok dimana bahan bakunya pertama kali menggunakan kulit kayu dan sejak saat itu uang kertas mulai beredar di beberapa dunia dan hingga saat ini uang kertas tetap digunakan.
Seiring berjalannya waktu, memasuki era digital muncullah e-wallet (electronic-wallet) atau dompet digital atau uang digital seperti, crypto currensi.
Nah, dari sini kita dapat mengetahui fungsi dari uang uang sebagai alat tukar
Sebagai standar pembayaran
Nah, uang digunakan sebagai alat tukar atau media transaksi. Transaksi terjadi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jadi dapat disimpulkan bahwa bertransaksi itu boleh.
Jadi, uang merupakan bagian dari syariat islam, dan transaksi yang menggunakan uang merupakan bagian dari syariat. Uang diciptakan bukan serta merta tanpa tujuan.
Terciptanya uang tidaklah jauh dari sebagai media beribadah. Bagaimna seseorang menggunakan uang dalam memenuhi kebutuhannya.
Penulis : Sri Wahyuni (Mahasiswa IAI Nazhatut Thullab Sampang)






