Scroll untuk baca artikel
Berita

3 Pesan Penting Ketua PC NU Sumenep di Tengah Polemik Pembangunan Tambak Garam di Desa Gersik Putih

Avatar
6
×

3 Pesan Penting Ketua PC NU Sumenep di Tengah Polemik Pembangunan Tambak Garam di Desa Gersik Putih

Sebarkan artikel ini
ISTIGASAH. Potret kader NU, PMII, bersama warga Kampung Tapakerbau, Desa Gersik Putih, saat menggelar doa bersama demi menjaga kondisi lingkungan tetap asri dan dijauhi dari mara bahaya. (Istimewa for MaduraPost)

SUMENEP, MaduraPost – Nahdlatul Ulama (NU) bersama warga Desa Gersik Putih, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, menggelar istigasah atau doa bersama demi menjaga lingkungan. Jumat, April 2023.

Istigasah atau doa bersama tersebut digagas NU sebagai respon atas rencana pembangunan tambak garam di kawasan pesisir pantai Kampung Tapakerbau, Desa Gersik Putih.

SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Istigasah atau doa bersama warga Desa Gersik Putih itu dipimpin langsung KH Murtadli Fadail, Ketua Rais Syuriyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura, dan berlangsung di Asta Kiai Sulaiman desa setempat, Kamis (20/4/2023) malam.

Turut hadir ulama dan kiai sepuh, di antaranya KH Mukhtar, Kiai A Dardiri Zubairi, Kiai Tirmidzi, dan sejumlah kiai lainnya.

Hadir pula Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Sumenep dan Pengurus Anak Cabang (PAC) Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII).

Selain itu, istigasah tersebut dilakukan sebagai respon atas penolakan pembangunan tambak garam oleh investor di Desa Gersik Putih.

Di mana, penggarapan tambak garam oleh investor yang difasilitasi pemerintah desa tersebut ditolak warga.

Baca Juga :  Kontingen STKIP PGRI Sumenep Banyak Raih Medali dari Cabor Petanque Dalam Pomprov Jatim II 2023

Wakil Ketua PC NU Sumenep, Kiai A Dardiri Zubairi, mengimbau agar masyarakat Desa Gersik Putih menjaga lingkungan.

Sebab, masalah lingkungan, ekologi, bukan hanya masalah nasional tapi sudah menjadi masalah internasional.

Menurutnya, di Madura khususnya Kabupaten Sumenep, masalah lingkungan, ekologi, termasuk agraria ke depan akan semakin parah.

“Semua itu juga menjadi bagian kita untuk bersama-sama mengawal bagaimana lingkungan itu memberikan dampak yang baik bagi penghuninya termasuk generasi masa depan,” kata Kiai Dardiri usai doa bersama, Kamis (20/4) malam.

Kiai Dardiri juga ikut andil menyikapi masalah pembangunan tambak di pesisir pantai yang ditolak warga Gersik Putih. Sebab itu pihaknya menyampaikan tiga pesan.

Pertama, ia meminta semua warga Desa Gersik Putih agar menahan diri sehingga Ramadan dan lebaran bisa dilalui dengan tenang dan damai begitupun kehidupan pasca lebaran dan pada masa-masa selanjutnya.

“Masih banyak jalan yang bisa kita lakukan, salah satunya adalah musyawarah,” kata Kiai yang istiqamah mengawal masalah agraria tersebut.

Baca Juga :  Posternya Ramai di Sampang, Gus Khoiron : Mungkin Masyarakat Ingin Pemimpin Baru

Kedua, warga Desa Gersik Putih satu darah, antara satu dengan yang lain memiliki ikatan kekerabatan yang sejatinya saling mendekatkan bukan saling menjauhkan.

“Suasana hari raya Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk merajut silaturahim,” ujarnya Kiai Dardiri.

Ketiga, NU mengimbau agar warga meningkatkan tiga pola hubungan agar memperoleh kehidupan yang damai di dunia dan akhirat.

Yakni hubungan kepada Allah SWT sebagai pencipta, hubungan sesama manusia, dan hubungan dengan lingkungan.

“Perhatikan, sekecil apapun, ketika lingkungan mengalami perubahan bisa memberikan dampak yang tidak main-main. Pesisir itu, kata Kiai Mamak adalah pertahanan. Ketika pesisir habis maka orang Madura di darat menunggu saatnya karena pertahanan sudah habis,” kata Kiai Dardiri menguraikan.

Ia meminta kepada warga agar menjaga air, tanah, laut, pesisir, serta tumbuh-tumbuhan.

“Itu bagian dari cara kita menjaga lingkungan,” pintanya.

Diberitakan sebelumnya, rencana pembangunan tambak garam di kawasan pesisir pantai kampung Tapakerbau, Desa Gersik Putih, ditolak oleh warga setempat karena dinilai mengancam lingkungan sekitar.

Baca Juga :  Tahanan Polsek Camplong Kabur Saat Mobil Polisi Sedang Mengisi BBM

”Disitu jantung kehidupan masyarakat nelayan. Tidak hanya warga Tapakerbau yang mencari ikan rajungan, udang dan sebaginya di sana, tapi dari desa-desa sekitar juga,” ujar Ahmad Siddik, warga setempat.

Di samping itu pembangunan tambak garam tersebut juga dinilai akan berdampak buruk terhadap lingkungan sekitar terutama Kampung Tapakerbau, Desa Gersik Putih.

Hal itu terbukti, di mana pengalaman buruk tersebut sudah terjadi pada pembangunan tambak sebelumnya yang dinilai mencemari lingkungan kampung.

”Dan tidak hanya itu, dari hasil kajian kami air laut bisa naik ke daratan kampung karena pembuangan air sungai ketika hujan dari ujung dan ditambah air pasang semakin sempit pembuangannya,” tegas dia.

Hingga saat ini Warga Kampung Tapakerbau menyatakan akan terus melakukan berbagai upaya untuk menolak rencana pembangunan tambak tersebut.

Informasi yang dihimpun media ini, pantai atau laut yang akan digarap menjadi tambak garam seluas 21 hektar. Sala satu diantaranya sudah terbit Surat Hak Milik (SHM).***